Media Zainul Bahri Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Penulis Buku Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn ʻArabī, Rūmī, dan al-Jīlī

Menyoal Kerancuan Istilah Pluralisme dan Pluralitas (Bag. 1)

2 min read

Saya tidak tahu, mungkin saya salah, kalau saya masih berkeyakinan bahwa kata “Pluralisme” berarti “paham” atau “ide, ideologi”, atau “teori” tentang yang plural (kemajemukan). Di situ ada “isme”. Sementara “Pluralitas” adalah kenyataan atau fakta tentang kemajemukan.

Pluralisme berarti ide atau ideologi tentang yang majemuk. Pluralitas adalah fakta/kenyataan bahwa kita majemuk. Tetapi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan “Pluralisme” sebagai “Keadaan masyarakat yang majemuk, bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya.” Jadi, menurut KBBI, pluralisme itu adalah fakta/kenyataan, atau keadaan masyarakat yang majemuk (plural), bukan paham, atau ideologi tentang yang majemuk.

Mari kita cek Kamus Bahasa Inggris. Kebetulan saya punya Random House Compact Unabridged Dictionary, Special Second Edition yang terbit tahun 1987 dan 1996. Kamus ini tebalnya 2230 halaman. Sudah berwarna coklat, agak lusuh, hard cover-nya sudah copot dan lumayan berat.

Saya membelinya tahun 2013 di toko buku bekas langganan di Bonn (Hofgarten, tempat favorit nongkrong). Saya merasa beruntung bahwa selama riset di Jerman dulu saya dikasih fasilitas untuk mengirim semua buku (tidak terbatas), secara gratis dari kantor pos Universitas Köln ke Indonesia. Jadi, hampir setiap bulan saya kirim buku-buku berbahasa Inggris dan Jerman secara bertahap dari kantor pos itu, dan alhamdulillah sampai dengan selamat di Pamulang. Jumlahnya banyak sekali.

Pertama, menurut kamus itu, ‘Pluralisme’ artinya: (a) a theory that there is more than one basic substance or principle, (b) a theory that reality consists of two more independent elements. Dua pengertian ini menekankan pluralisme sebagai teori. Pengertian selanjutnya, (c) the holding by one person of two or more offices at the same time, (d) state or quality of being plural. Pengertian ini menunjuk pada keadaan plural.

Baca Juga  Kenapa Peradaban Islam Tertinggal?

Sedangkan, pengertian Pluralitas adalah: (a) the excess of votes received by the leading candidat…yang artinya “suara banyak yang diterima oleh seorang kandidat politisi;” (b) more than half of the whole; the majority, (c) a number greater than one, (d) fact of being numerous, (e) a large number; multitude, (f) state of fact of being plural. Jelas, pengertian pluralitas selalu menunjuk kepada “keadaan/fakta” atau ‘jumlah yang banyak/plural’.

Kedua, dalam Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary (edisi tahun 2010), Pluralisme diartikan: (a) the existence of many different groups of people in one society, for example people of different races or of different political or religious beliefs. Dalam pengertian ini pluralisme berarti keadaan atau fakta. (b) The belief that it is possible and good for different groups of people to live together in peace in one society. Sedangkan dalam pengertian ini, pluralisme berarti paham/kepercayaan. Dengan demikian, dua kamus Inggris di atas menunjukkan tiga pengertian pluralisme yakni, sebagai fakta, sebagai teori, dan sebagai paham atau keyakinan, atau katakanlah ideologi.

Ketiga, karena ada “isme” dalam “pluralisme” yang biasa diartikan “paham, keyakinan, atau ideologi”, maka jika ada akademisi, pejabat atau politisi berpidato: “Saudara-saudara mari kita jaga dan perjuangkan pluralisme Indonesia,” saya agak bingung, yang dimaksud dalam pidato ini adalah memperjuangkan paham, ide atau ideologi tentang pluralitas Indonesia, atau fakta/kenyataan masyarakat Indonesia yang plural.

Menurut saya, itu dua hal yang berbeda antara ideologi tentang yang plural atau fakta sosiologisnya.

Saya menduga yang dimaksud dalam pidato itu pasti fakta sosiologisnya. Jika mengacu kepada pengertian KBBI seperti dijelaskan di atas, maka pidato itu tidak bisa disalahkan. Karena itu saya “mempertanyakan” pengertian KBBI itu. Kalau isme-isme yang lain, misalnya Komunisme diartikan oleh KBBI sebagai: “Paham atau ideologi (dalam bidang politik)–menganut ajaran Karl Marx dan Fredrich Engels–yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikannya dengan hak milik bersama yang dikontrol oleh negara,” tetapi mengapa Pluralisme hanya diartikan “keadaan masyarakat.”

Baca Juga  Sinergi Perpustakaan Nasional dan Taman Bacaan Masyarakat: Membangun Ekosistem Literasi untuk Semua Kalangan

Ini aneh!

KBBI hanya mengambil satu pengertian saja dari Kamus Bahasa Inggris dan menafikan pengertian yang lain. Jika Komunisme, Kapitalisme, atau Liberalisme dianggap sebagai “ideologi” karena ada tokoh-tokoh pendirinya, mengapa pluralisme tidak? Padahal, Pluralisme juga ada tokoh-tokohnya. Bersambung… [AA]

Media Zainul Bahri Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Penulis Buku Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn ʻArabī, Rūmī, dan al-Jīlī