Aku mendengar kicaumu
jauh ingatan kemarau
luka-luka dibebat hingga awal hujan
di mana doa sampai
jernih musim
pada khabar yang kedua
air mengalirkan rindu
tanah-tanah rekah
mendekap kasih hadir basah
benih tukul mimpikan panen
tanpa keluh kesah
menunggu lembar lembar jatuh
ternyata kerikil ababil dari terbangmu
kertas terbakar dendam
merah kuning menjilat setiap kerumunan
sejarah: ranting tanpa daun
kembali menunggu air cicir deras
ngalirkan serpih kata yang tersisa
sampai paruhmu
memberi berita pada bukit yang makin jauh
tempat diam pertapa
–Sukodadi, 05/04/2020—