Rasyida Rifa'ati Husna Seorang long-life learner

Jangan Sedih Belum Mampu Haji, Berikut Ini Amalan-Amalan Yang Setara dengan Pahala Haji

2 min read

Haji merupakan rukun Islam kelima dan menjadi ibadah yang dicita-citakan oleh setiap muslim. Ibadah yang harus dikerjakan di tanah suci Makkah ini biasanya dikaitkan dengan kemampuan melaksanakannya, bukan hanya dari segi ruhani, tetapi juga kekuatan fisik dan kemampuan finansial.

Karena itulah banyak orang yang rela mengantri lama, menabung puluhan tahun, serta menjual tanah dan harta simpanan berharga lainnya dengan tujuan agar bisa mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaan rohaniah yang tiada tara indahnya dari menunaikan ibadah haji.

Namun, bagi sebagian umat Islam yang belum mampu untuk menunaikan rukun Islam tersebut jangan sampai berkecil hati. Sebab, Rasulullah jauh-jauh hari telah mengajarkan dan memberi alternatif kepada kita untuk melakukan amalan yang kualitas dan pahalanya setara dengan haji atau umrah, bahkan ada yang lebih, di antaranya:

Memiliki Niat dan Tekad Berhaji

Seseorang yang berniat sungguh-sungguh dalam hati tapi hingga ajal menjemput, namun dia tak diberi anugerah untuk melaksanakannya. Maka kelak akan dicatat pahala sesuai apa yang diniatkan, termasuk niat haji-umrah, hal ini seperti dalam hadits yang diriyatakan oleh Imam al-Tirmidzi.

Ulama seperti Gus Baha telah mengajarkan seorang muslim untuk menetapkan niat untuk haji apabila nanti mampu, karena sebagaimana ibadah haji menjadi rukun Islam dan ibadah fardu bagi tiap muslimin.

Bahkan dikatakan bilamana seseorang telah wafat kemudian anak-cucunya menghadiahkan pahala badal haji untuk orang tuanya tersebut, namun karena si-orang tua yang wafat belum menetapkan niat maka pahala tersebut tidak akan pernah sampai kepadanya.

Berbakti kepada Orang Tua

Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik: ada seseorang laki laki mendatangi Nabi Muhammad dan berkata, “Sungguh aku sangat ingin pergi berjihad, namun apa daya saya tak mampu.” “Apakah salah seorang dari kedua orang tuamu masih ada?” tanya Rasul. “Ibuku,” jawabnya.

Baca Juga  Bahaya Ilmu Jika Tidak Diamalkan

Rasulullah kemudian bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dengan berbakti kepada orang tuamu. Jika kamu melakukannya dan ibumu telah rida padamu, niscaya engkau mendapatkan pahala seperti orang berhaji, umrah dan berjihad. Untuk itu bertakwalah dan berbuat baiklah padanya.” (HR. Thabrani)

Dalam hadits lain, riwayat Abdullah bin Abbas, dikatakan bahwa, “Tiadalah seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tua, kemudian dia memandang wajah orang tuanya dengan perasaan penuh kasih sayang, kecuali Allah menuliskan pahala haji mabrur baginya dalam setiap kali pandang.” (HR. al-Baihaqi)

Bahkan orang-orang alim menyatakan bahwa memandang orang tua dengan pandangan kasih, penghormatan, dan penghargaan lebih afdhol dari melihat Baitullah di Masjid al-Haram yang disebutkan pahala memandang Kakbah ialah mendapat rahmat dari Allah.

Nabi bersabda, “Setiap sehari semalam Allah menurunkan 120 rahmat atas Baitullah. 60 rahmat untuk yang melakukan tawaf, 40 untuk yang melakukan shalat, dan yang dua 20 untuk yang memandang Ka’bah.” (HR. Thabrani)

Salat Subuh Berjamaah dan Beriktikaf hingga Waktu Isyraq

Hadits Rasul menyebutkan, “Barang siapa yang salat fajr berjamaah, lalu duduk sambil berzikir hingga matahari terbit, kemudian salat dua rakaat, maka ia berhak mendapat pahala setara dengan pahala haji dan umrah, dengan pahala yang sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. At- Tirmidzi)

Hubabah Ummu Salim dalam nasehatnya tentang keutamaan amalan tersebut, mengatakan jika kita berangkat secara nyata ke Mekkah untuk menunaikan haji ataupun umrah belum tentu kita diterima, tetapi serangkaian ibadah bakda Subuh ini jelas diterimanya. Apalagi jika shalat isyraq itu dilaksankan pada hari Jumat, mengingat hari itu adalah sayyidul ayyam dan banyak fadilah di dalamnya.

Beliau juga menceritakan suatu ketika Sayyidah Fathimah az-Zahra tertidur seusai shalat Subuh. Kemudian ayahnya Nabi Muhammad Saw membangunkan putri terkasihnya dan mengajarkan fadhilah itu. Maka sejarah mencatat Sayyidah Fathimah tidak pernah tertidur pada waktu tersebut hingga matahari terbit.

Baca Juga  Abu Mahdzurah, Pria Berambut Gondrong yang Menjadi Muazin Nabi Muhammad

Menghadiri Majelis Ilmu

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang berangkat pagi hari ke masjid yang tidak menginginkan kecuali untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka ia mendapatkan pahala umroh yang sempurna. Dan barang siapa pergi malam hari ke masjid yang mana ia tidak menginginkan kecuali untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya maka ia mendapatkan pahala haji yang sempurna.”  (HR. Thabrani)

Umrah di Bulan Ramadan

Beberapa sahabat perempuan melewatkan momen haji bersama Rasulullah. Ketika beliau tiba di Madinah mereka bertanya tentang amalan yang melengkapi haji tersebut. Rasulullah bersabda, “Tunaikan umrah di bulan Ramadan. Sesungguhnya umrah di bulan Ramadan setara dengan ibadah haji bersamaku.” (HR. Muslim)

Demikian, beberapa amalan yang pahalanya bernilai haji dan umrah. Namun, perlu dicatat bahwa amalan tersebut tidak bisa menggantikan ibadah wajib haji sebagai rukun Islam kelima, pun tidak menggugurkan kewajiban haji bagi yang mampu. Wallahu alam. [AR]

Rasyida Rifa'ati Husna Seorang long-life learner