Agama adalah suatu pedoman bagi setiap manusia untuk menjalani alur kehidupan. Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna suatu ajaran atau metode yang mengatur keimanan dan peribadatan seseorang kepada Tuhan Yang Maha Esa serta juga mengatur tata kaidah yang berhubungan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Artinya, agama selain dijadikan wadah untuk menyembah kepada Tuhan, dapat dijadikan pedoman seseorang dalam menjalani kehidupan seperti bagaimana seseorang berkontak sosial dengan manusia dan lingkungan sekitar. Sehingga orang yang beragama mampu menebarkan nilai-nilai positif dalam aspek kehidupannya.
Sedangkan kesehatan mental adalah fase di mana seseorang dengan bebas bekerja dengan produktif, bebas mengeluarkan potensi yang dimiliki serta bisa memberikan dampak positif pada lingkungan sekitar tanpa ada hambatan yang menghalangi.
Dengan kata lain, kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Jadi, tanda kesehatan mental seseorang dapat dikatakan sehat adalah di mana dia dengan bebas mengekspresikan apa yang dia inginkan tanpa ada suatu hal yang menghalanginya seperti: gelisah, cemas, dan stres.
Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh stressor (penyebab terjadinya stres). Orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya.
Berdasarkan dua pengertian di atas, agama dan kesehatan mental adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Agama adalah panutan seseorang yang di dalamnya berisi keimanan, tata cara menyembah kepada Tuhan dan berisi moral-moral positif terhadap orang lain dan lingkungan.
Sedangkan kesehatan mental adalah posisi di mana seseorang bebas melakukan aktivitas apapun tanpa ada hambatan dan halangan yang mana seseorang tersebut hidup dalam kesejahteraan, mampu mengendalikan emosi dan bisa mengambil keputusan yang tepat.
Agama menjadi suatu pedoman manusia dalam beribadah kepada Tuhan, bersikap, dan berinteraksi sosial kepada manusia. Manusia yang taat dalam beragama menjadikannya sebagai pribadi yang selalu menebar nilai positif kepada orang lain dan lingkungan sekitar, karena dengan beragama akan mengubah potensi seseorang menjadi positif dengan ritual-ritual ibadah yang dilakukan.
Oleh karenanya, orang yang selalu beribadah kepada Tuhan akan diberikan ketenangan hati dan pikiran oleh Tuhan. Sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Ra’ad 13:28 yang artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Seseorang yang hatinya terpaku pada Allah dan menjalani segala syariat-Nya maka orang tersebut telah menemukan ketenangan jiwa dalam hidupnya. Hal ini menjadikan adanya indikator antara agama dan kesehatan mental memiliki hubungan yang sangat erat.
Jika dengan beribadah dapat mengantarkan seseorang kepada Tuhan dan menjadikan jiwanya tenteram, maka tentunya penerapian gejala dan gangguan kesehatan mental sedikit tidaknya bisa disembuhkan dengan praktik dan ritual agama. Seperti orang-orang yang menghabiskan 24 jam waktunya hanya untuk beribadah kepada Allah tentunya baginya pahala, rida dan ketenangan jiwa dari Allah.
Orang-orang yang seperti itu tidaklah ada rasa takut baginya dan kegelisahan. Besar kemungkinan orang tersebut akan terhindar dari gangguan dan gejala mental karena peribadahan yang ia lakukan.
Metode penyembuhan gangguan mental ringan
Adapun penyembuhan gangguan mental ringan menggunakan pendekatan Islam bisa menggunakan tiga metode ini, yakni:
Pertama, salat. Salat adalah perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Sebelum salat, umat muslim diwajibkan berwudu agar terhindar dari hadas kecil. Berwudu adalah membasuh anggota tubuh tertentu supaya dapat suci ketika melakukan salat.
Wudu secara istilah bukan hanya menghilangkan kotoran dan hadas akan tetapi juga melunturkan dosa-dosa yang melekat pada badan sehingga orang tersebut menghadap Tuhannya dalam keadaan suci baik dari hadas, kotoran maupun dosa. Dengan berwudu juga mampu mengistirahatkan anggota tubuh dari tegangan fisik maupun psikis.
Di dalam salat terdapat beberapa rukun yang wajib dilakukan seperti membaca surat al-Fatihah, rukuk, sujud, dan lainnya. Salah satu rukunnya adalah thuma’ninah. Thuma’ninah adalah diam sebentar setelah rukun sebelumnya tanpa melakukan apapun (diam sejenak).
Thuma’ninah menjadi rukun salat yang paling mudah dilakukan yaitu cukup dengan berdiam saja tanpa bergerak perkiraan selama satu sampai dua detik. Dengan adanya thuma’ninah menjadikan salat seseorang tidak bisa terburu-buru. Maka, thuma’ninah menjadi simbol bahwa yang namanya salat harus dilakukan dengan tenang, khusyu’, khudu’, dan khudur.
Orang yang mendirikan salat dengan menyempurnakan wudhu’nya, menyempurnakan rukun-rukun serta sunah salat, mengerjakannya dengan niat yang ikhlas, dan bertata krama kepada Allah maka akan mendatangkan kekhusyukan, ketenangan, serta menjadi terapi sendiri bagi jiwa. Dengan artian, jiwa akan tenang bila salatnya sesuai dengan ajaran-ajaran yang disampaikan nabi Muhammad saw.
Kedua, membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an berisi tentang aqidah, syari’at, akhlak serta isyarat-isyarat ilmiah.
Al-Qur’an menjadi salah satu metode penerapian jiwa. Orang yang rutin setiap hari membaca Al-Qur’an akan menemukan ketenangan jiwa dalam dirinya. Sebagaimana yang telah disyairkan oleh Raden Maulana Makdum alias Sunan Bonang bahwa membaca Al-Qur’an itu termasuk salah satu penyembuh jiwa atau merupakan bagian dari limo tombo ati.
Dalam Al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 82 berbunyi: “Dan kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Untuk dapat mendapatkan ketenangan jiwa maka dianjurkan membacanya sambil menghayati dan mentadabburi di setiap kalimat dalam Al-Qur’an. Karena dengan itu kita dapat mengerti dan faham pesan-pesan apa yang tersimpan di balik kitab suci Al-Qur’an dan membuat jiwa dan mental kita terobati.
Ketiga, berzikir. Firman Allah dalam surah al-Ra’ad [13]:28 berbunyi: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Zikir adalah fase di mana seseorang berusaha mengingat Allah dengan menyebut nama-Nya maupun sifat-sifat-Nya. Zikir dapat mengantarkan seseorang sampai pada derajat yang tinggi di sisi-Nya.
Ini dapat dijadikan acuan bahwa selain mendapatkan pahala, zikir juga mengantarkan seseorang pada ketenangan jiwa yang luar biasa. Untuk dapat mencapai ketenangan jiwa maka zikir yang diucap harus disertai penghayatan, peresapan makna, dan mengingat-ingat dosa yang diperbuat.
Dengan seperti itu maka dengan sendirinya hati menjadi lebih bersih, jernih, dan plong. Sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah: “Tidaklah suatu kelompok yang duduk berzikir melainkan mereka akan dikelilingi oleh para malaikat. Mereka mendapat limpahan rahmat dan mencapai ketenangan. Dan Allah swt akan mengingat mereka dari seseorang yang diterima di sisi-Nya” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Jadi penyembuhan gangguan mental ringan dapat dilakukan diri sendiri dengan metode-metode di atas. Gangguan mental ringan dapatlah disembuhkan dengan terapi mandiri.
Namun, untuk menuju mental yang benar-benar sehat diperlukannya praktik kontinu melakukan hal-hal tersebut. Dibutuhkan praktik yang berulang-ulang sampai menemukan titik terang, karena jika hanya dilakukan beberapa kali saja hasil yang didapatkan kurang maksimal.
Tubuh dan jiwa perlu penetralisiran akan gangguan mental ringan yang diidap bisa kembali normal. Maka, untuk menuju mental sehat, penerapian juga harus dilakukan secara sistematis dan kontinu.[AR]