Robithul Auliya Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Menyelami Kehidupan dengan Akhlak Islami: Jalan Kebaikan dan Kesempurnaan Manusia

1 min read

Akhlak memainkan peran penting di setiap fase kehidupan, membentuk dasar agama Islam sejak zaman dahulu hingga saat ini. Dapat dianggap bahwa manusia tanpa akhlak tidak lagi menjadi individu yang sempurna. Bahkan, menurut perspektif Islam, hal tersebut dapat menjadikannya lebih buruk daripada sifat alami binatang.

Akhlak menjadi fokus utama dalam ajaran Islam, dengan tuntutan bagi manusia untuk berperilaku baik di hadapan Allah dan terhadap sesama manusia, mengingat manusia memiliki akal untuk memilih, menilai, dan membandingkan antara baik dan buruk dalam perilaku kehidupan.

Dalam menyebarkan agama Islam, Nabi Muhammad memberikan contoh dan mengajarkan kepada para sahabat untuk mempraktikkan akhlak mulia. Prinsip-prinsip ini tecermin dalam kehidupan sehari-hari Nabi yang senantiasa mendidik dan memberikan contoh kepada para pengikutnya.

Menurut al-Ghazali, akhlak diartikan sebagai sikap yang tertanam dalam jiwa, yang menghasilkan tindakan dengan mudah dan senang, tanpa memerlukan pemikiran yang mendalam. Sementara menurut Ibn Sina, akhlak diartikan sebagai getaran yang terjadi dalam jiwa manusia.

Berdasarkan pendapat-pendapat itu, akhlak manusia bersumber dari jiwa atau hatinya sendiri, mencerminkan esensi dirinya. Para ulama mengklasifikasikan perilaku manusia menjadi dua kategori, yaitu akhlak mahmudah (terpuji) dan akhlak mazmumah (tercela).

Maka dari itu, peran akhlak dapat diamati dari perilaku dan perkataan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan akhlak mulia penting, karena kemuliaan seseorang ditentukan oleh kualitas akhlaknya. Jabatan, status sosial, kekayaan, dan popularitas tidak menjamin kehormatan jika seseorang merendahkan orang lain atau melakukan tindakan merugikan lainnya.

Lebih jauh, penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari juga melibatkan perhatian terhadap etika sosial saat berkomunikasi, tanpa memandang tempat atau situasi. Menghindari sikap egoisme dan memperhatikan hak-hak orang lain adalah bagian integral dari akhlak yang baik.

Baca Juga  Pentingnya Mencermati Latar Depan Budaya, Bukan Sekadar Latar Belakang

Akhlak dalam Islam meliputi ketakwaan, yang merupakan konsep penting dalam Islam. Takwa mencakup ketaatan yang mendalam kepada Allah, menjauhi perbuatan dosa, dan melakukan amal kebajikan sesuai dengan ajaran Islam.

Kedua, ihsan, sebagai konsep dalam Islam, mengacu pada kesempurnaan perilaku dan sikap yang melibatkan melakukan kebaikan secara menyeluruh, baik secara fisik maupun mental.

Ketiga, adab, yang merujuk pada tata krama, sopan santun, dan etika yang baik, termasuk perilaku positif dalam interaksi sosial, penghormatan terhadap orang lain, serta menjaga etika dalam ibadah dan kehidupan sehari-hari.

Keempat, husnul khuluq, yang berarti memiliki akhlak yang baik, mencakup sifat-sifat terpuji seperti kejujuran, keadilan, keberanian, kasih sayang, kesabaran, dan kerendahan hati. Ini dianggap sebagai ciri-ciri seorang muslim yang baik dalam ajaran Islam.

Kelima, akhlak terpuji, yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, melibatkan berbagai tindakan positif seperti berbakti kepada orang tua, menghormati tetangga, bersikap adil, jujur, memaafkan, murah hati, dan menjauhi perilaku buruk seperti dusta, iri hati, dan dengki

Dengan mempraktikkan nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, kesabaran, dan kerendahan hati, seseorang dapat mencapai akhlak terpuji. Akhirnya, menjaga janji, amanah, lingkungan, dan mempraktikkan pengampunan menjadi pedoman yang membantu membangun masyarakat yang berakhlak baik.

Sekali lagi, penerapan akhlak karimah menjadi kunci dalam menentukan kemuliaan seseorang, melebihi nilai jabatan, status sosial, atau kekayaan. Etika sosial, menghindari sikap egoisme, dan perhatian terhadap hak-hak orang lain menjadi aspek penting dalam mewujudkan akhlak yang baik.

Kehidupan yang dihiasi dengan akhlak yang baik tidak hanya memperkaya diri sendiri, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan membentuk fondasi untuk kehidupan yang bermakna dan bermoral. [AR]

Robithul Auliya Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya