Nur Syafni Pradita Zuda Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Menjadi Manusia Hebat al Muhammad Iqbal

2 min read

Berbicara tentang kehidupan, begitu banyak pengertian dan pemahaman tentang apa itu hidup. Ada yang memahami hidup sebagai satu perjalanan panjang yang penuh perjuangan dan tantangan di dunia, sehingga hidup adalah soal berperjuang. Ada yang mengartikan hidup sekadar proses yang penuh sandiwara dan permainan, sehingga hidup ya cukup mengalir saja. Ada pula yang menafsirkan, hidup itu ya ketika kita punya jantung, hati, dan sistem lainnya yang ada dalam tubuh berfungsi dengan baik, cukup itu dan hanya itu.

Manakah di antara beberapa artian dan makna tentang hidup yang paling tepat? Atau malah tidak ada yang tepat? Sebenarnya apa sih hidup itu? bagaimana itu hidup dan bagaimana seharusnya hidup?

Dari sekian banyak jawaban, semua jawaban dapat dibenarkan bila diterapkan pada konteksnya masing-masing. Alih-alih mencari apa yang sebenarnya hakikat hidup atau yang mana artian dan pemahaman hidup yang benar, alangkah baiknya jikalau kita cukup mencari bagaimana hidup yang baik dan benar.

Muhammad Iqbal, salah seorang filsuf sekaligus sufi era kontemporer, memiliki pandangan tentang bagaimana hidup yang baik. Iqbal berpandangan, hidup adalah pengabdian ilahi terhadap kebenaran. Maksudnya, kehidupan merupakan proses untuk mencari arah, makna, dan kualitas diri untuk menemukan kebenaran sejati. Kebenaran sejati yang dimaksud ialah kebenaran ilahiah. Hidup yang baik adalah hidup dengan menjadi manusia yang berkualitas. Manusia-manusia yang tidak tahu arah dan makna kehidupannya, merupakan beban sejarah dan tidak layak dibanggakan

Bagaimana manusia berkualitas itu?

Manusia berkualitas, menurut Iqbal, adalah manusia yang bukan hanya dia yang baik untuk dirinya sendiri, tapi juga bisa membawa kebaikan untuk orang lain. Manusia berkualitas tidak hidup sesuka hatinya, akan tetapi patuh pada nilai dan norma yang sudah disepakati bersama. Manusia berkualitas adalah manusia yang mampu mengontrol dirinya serta punya komitmen dan tanggungjawab atas kehidupan di bumi.

Baca Juga  Resensi Buku "Fikih Zakat Indonesia"

Iqbal mengemukakan, untuk menjadi manusia yang berkualitas, haruslah mempunyai dan melalui beberapa poin. Poin-poin tersebut sebagaimana berikut.

Pertama, cinta. Tentu kita semua sudah memahami apa itu cinta. Betapapun mungkin ketika kita dalam memahaminya banyak sekali makna dan pemahaman tentang apa itu cinta. Akan tetapi terlepas dari semua itu, karena kita semua punya cinta, merasakan cinta; cinta memiliki kekuatan aktif, yang nantinya bisa menjadikan seseorang memiliki semangat yang kuat. Jadi, dengan cinta, manusia akan menemukan kebebasan, kedinamisan, dan kekreatifan, yang mana itu puncaknya dapat mendekatkan kita pada Tuhan.

Kedua, faqr. Faqr secara umum mungkin adalah memerlukan dan kemiskinan. Tapi Iqbal punya definisinya sendiri terkait apa itu faqr. Faqr adalah tidak peduli balasan apapun yang ditawarkan oleh dunia. Baik ya baik, kalau buruk ya dihindari saja dan ndak perlu mikir yang aneh-aneh. Kita hidup itu harus selalu melakukan kebaikan yang menurut kita baik dan perlu dilakukan. Kita ndak perlu memikirkan, kalau kita melakukan A kita bakal dapat apa. Misal ketika kita shodaqoh 50.000, kita ndak perlu mikir “wah lumayan nanti dilipat gandakan beribu kali”.

Ketiga, keberanian. Keberanian adalah sifat yang berani menanggung resiko dalam pembuatan keputusan dengan cepat dan tepat waktu. Dengan menanamkan keberanian pada diri kita itu akan mengokohkan jati diri kita. Jika semakin banyak ketakutan dan kekhawatiran yang ada diri kita, jati diri kita ndak akan kokoh. Berani yang dimaksud bukanlah nekat, tapi berani yang tetap menggunakan perhitungan.

Keempat, toleransi. Toleransi adalah kesadaran akan perlunya menghargai orang lain. Dengan selalu menanamkan sikap toleran pada diri kita, maka akan semakin kokoh ego yang kita punya. Orang yang tidak toleran, akan merasa kalau kehadiran orang lain akan mengganggu dirinya. Jika kita tidak menanamkan rasa toleran, hidup kita akan selalu mengalami kegelisahan.

Baca Juga  Isu Komunisme dan Loyalitas Nahdlatul Ulama terhadap Pancasila

Kelima, kasb-in-alal (mencari yang halal). Kenapa kita harus mencari yang halal? Karena, segala hal yang halal akan selalu membuat kita tenang dan itu tidak hanya masalah rezeki. Menganggap kalau yang subhat, yang ndak jelas itu membuat gelisah. Menurut Iqbal, upaya mencapai tujuan melalui usaha sendiri dan itu adalah halal, itu dapat menguatkan ego (individualitas) seseorang dan menunjukkan kemandiriannya.

Terakhir, melakukan aktfitas kreatif-original. Maksudnya, semakin kita punya karya hidup kita akan semakin enak dan tenang. Iqbal melarang menjiplak karya orang lain tanpa pengembangan. Menurutnya, orisinalitas merupakan prasyarat untuk setiap perubahan yang mengarah pada kemajuan yang signifikan. Hal-hal yang berbau menjiplak harus ditolak dan ditinggalkan karena menghentikan daya kreatif manusia. Manusia yang kreatif pasti berjasa dan lebih baik daripada yang sekadar baik saja.

Untuk jadi manusia yang berkualitas, cinta menjadi dasar yang penting dalam memulai semuanya. Ditambah lagi dengan kita yang tidak terlalu memikirkan balasan dari apa yang kita lakukan, ada keberanian, toleran, mencari yang halal, juga melakukan aktifitas kreatif-original.

Sederhananya, manusia yang berkualitas bukanlah mereka yang begitu luar biasa dalam dirinya sediri, memikirkan dirinya sendiri, dan menghalalkan segala cara untuk kesenangannya sendiri atau untuk mencapai tujuannya sendiri. Tapi, mereka yang bermanfaat bagi orang lain, mereka yang memperhatikan orang lain, mereka yang memperdulikan orang lain. Itu adalah orang yang berkualitas, orang yang luar biasa yang sesungguhnya. Dengan begitu, jikalau kita dalam hidup menjalani sebagaimana yang telah dipaparkan diatas. Dalam perspektifnya Iqbal, kita adalah manusia yang berkualitas, seorang manusia super, dan kita adalah superman.

Nur Syafni Pradita Zuda Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya