Ainur Rofiq Al Amin Dosen Pemikiran Politik Islam UINSA dan UNWAHA Tambakberas serta pengasuh Al Hadi 2 PP Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang

Anomali Gus M. Nawawi dari Pasuruan: Memuji Ideologi Felix Siauw dan Mengkritik Gus Baha

2 min read

Jumat sore kemarin, saya dijapri kolega saya dosen Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya, Dr (cand) WHP dari Blitar.

Intinya, beliau bertanya siapa orang yang di youtube yang disebut Gus M. Nawawi Pasuruan. Dengan secepat kilat saya jawab, karena saya bukan gus dan juga bukan sekretaris agāgis (bentuk jamak dari lafal gus–diksi informal), maka saya tidak kenal dia. Lalu Dr. WHP bilang di youtube yang tayang 13 Agustus 2020 itu, Nawawi begitu bersimpati kepada Felix Siaw dan banyak memujinya (Klik di Sini).

Lalu, saya membuka video yang dikirimkan Dr. WHP, dalam video itu Gus Nawawi mengaku kenal dengan Felix Siauw dari salah satu ustaz di Pondok Sidogiri. Dua poin youtube yang panjang yang saya ingat.

Pertama, saat Gus Nawawi bertanya dengan polosnya kenapa kalau khilafah adalah ajaran Islam, kok dianggap sebagai momok menakutkan oleh yang lain? Felix dengan panjang lebar mengulas, dan intinya menurut Felix adalah karena adanya framing buruk atas khilafah. Silakan baca nanti buku saya akan terbit, yang mengulas seputar hal itu, dan hal lain.

Kedua, Gus Nawawi bertanya dengan nada kayak orang belum tahu sama sekali terhadap HTI, yakni apakah Ustaz Felix mentaghutkan Pancasila dan mengkafirkan NKRI. Tentu Felix menjawab itu fitnah, lalu Felix mencoba mengurai sejarah Pancasila. Dia bilang menghormati kesepakatan atas NKRI. Namun kata Felix Indonesia masih kurang sempurna dan khilafah yang akan menyempurnakan dengan jalan dakwah.

Sayang Gus Nawawi berhenti tidak melanjutkan bertanya dengan kritis bagaimana final proses dakwah khilafah di NKRI dan bagaimana nasib NKRI saat itu? Malah Gus Nawawi bertanya hal lain yang menekankan kalau memang khilafah adalah ajaran Islam, lalu kenapa ada orang bahkan ormas Aswaja yang anti-khilafah, selain framing, apa penyebabnya? Felix yang menguasai medan diskusi dan konteks gerakan khilafah di Indonesia saat ini berusaha menurunkan speed obrolan dan obralan jawabannya.

Baca Juga  Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan di Pesantren

Saya sudah menerka jawabannya, maka yutube yang masih panjang itu saya geser ke bagian akhir, dan Gus Nawawi malah menyimpulkan seharusnya dengan yang beda sesama muslim bukan dipersekusi tapi dinasihati, masak dengan kafir non-Muslim malah bisa bagus dan manis muka tapi dengan muslim tidak demikian. Itulah inti yang dilakukan Gus Nawawi atas dialog dengan Felix.

Gus Nawawi ini sama sekali tidak melakukan kritik, tapi malah full mengapresiasi Felix. Beda saat di youtube tayang 15 Juli 2020, dia cenderung “mencari kesalahan” Gus Baha (Lihat di Sini).

Gus Nawawi di awal video begitu mengagumi Gus Baha dengan sederet pujian. Namun di kalimat selanjutnya dia memberi statemen bahwa saat kita mengagumi seseorang, jangan sampai kita kehilangan akal sehat lalu menjadi cinta buta.

Gus Nawawi bilang bahwa ada suatu rekaman video dimana Gus Baha “menggembosi” UAS dan UAH. Inti videonya adalah ucapan Gus Baha terkait pondok NU atau lembaga NU yang mengundang UAS dan UAH karena si pengundang tidak tahu latar belakangnya.

Lalu Gus Baha mengibaratkan dengan menjelaskan kajian epistemologi hukum Islam bahwa bila ada hukum global bertentangan dengan hukum detail, maka yang dimenangkan yang detail. Lha sekarang ini malah ulama kita tahu ilmu detail, justeru diajak ke ulama yang tahu ilmu global.

Saya membenarkan fenomena yang disinggung Gus Baha di forum tertutup bukan ceramah umum itu. Kalau kita banyak mengkaji buku-buku keislaman dan menggunakan nalar kritis, akan bisa menyetujui statemen Gus Baha. Saat ini dengan fenomena hijrah superfisial, dan munculnya ustaz dadakan plus lahirnya artis yang beralih profesi sebagai pendakwah ataupun mereka yang sedikit-sedikit bilang kembali ke Alquran dan hadis adalah bukti nyata atas fenomena keberagamaan saat ini.

Baca Juga  Meneropong Kebudayaan Lewat Gus Dur (1)

Lalu Gus Nawawi ini menjelaskan kepada Gus Baha kayak menjelaskan kepada muridnya tentang siapa UAS dengan disebutkan banyak gelarnya, dan pengikutnya yang banyak serta sekian penjelasan lain.

Pertanyaan sederhana, coba Gus Nawawi ini apakah komunitasnya akan mengundang penceramah luar yang tidak seide dengan komunitasnya?

Statemen lain Gus Nawawi tentang cinta buta terhadap tokoh jangan sampai kehilangan akal sehat. Maka kita bisa ganti bertanya, apakah Gus Nawawi pernah mengkritik junjungannya? Masak junjungannya 100 persen benar terus? Tentu ini sebuah anomali.

Iseng-iseng, saya mencoba berselancar ke google dan ternyata ketemu Nur Sugik mengunjungi pengurus FPI Pasuruan dan di situ ada juga Gus Nawawi.

Nampaknya tidak hanya Gus Baha, KH. Marzuqi Mustamar pun juga dia singggung di link ini. Gus Nawawi berupaya “meluruskan” statemen KH. Marzuqi Mustamar. [MZ]

Ainur Rofiq Al Amin Dosen Pemikiran Politik Islam UINSA dan UNWAHA Tambakberas serta pengasuh Al Hadi 2 PP Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang