Ainur Rofiq Al Amin Dosen Pemikiran Politik Islam UINSA dan UNWAHA Tambakberas serta pengasuh Al Hadi 2 PP Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang

Justru dalam Perspektif “Kitab Kuning”, Turki Usmani Tidak Memenuhi Standar Kualifikasi Kekhilafahan

2 min read

Dalam literatur “kitab kuning” yang biasa dikaji di banyak pesantren, syarat menjadi imam a’dzam atau khalifah salah satunya adalah harus berasal dari Quraisy. Hal itu dapat ditilik semisal dalam beberapa kitab tārikh seperti kitab Tārīkh al-Umam wa al-Mulk karya Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Tabarī, juga kitab al-Imāmah wa al-Siyāsah karya Abū Muhammad Abdullah bin Muslim Ibn Qutaybah al-Dainuri dan kitab Tārīkh al-Khulafā’ karya Jalāl al-Dīn al-Suyuthi. Ketiga kitab tarikh di atas mengisahkan, saat terjadi perdebatan di Saqifah, tokoh Muhajirin berargumen keutamaan suku Quraisy di hadapan kaum Ansor.

Pentingnya suku Quraisy sebagai salah satu syarat menjadi khalifah ini ditegaskan lagi oleh al-Mawardi dalam fiqih siyasinya al-Ahkam al-Sultānīyah bahwa syarat seorang imam yang ketujuh adalah bernasab Quraisy karena adanya nash dan ijmak. Al-Māwardī mengajukan bukti historis bahwa saat di Saqīfah, Abu Bakar menolak klaim khilafah atas Sa’ad bin Ubādah dengan menggunakan argumen hadis “الائمة من قريش”.

Kata kunci Quraisy untuk jabatan imam atau khalifah akhirnya menjadi baku dalam fiqih, semisal dalam kitab Fath al-Wahhāb karya Syaikh Zakaria al-Ansari dijelaskan salah satu syarat imam a’dzam adalah dari suku Quraisy karena adanya hadis dari Nasai. Selanjutnya Zakaria al-Ansori menjelaskan hierarki keterpilihan alternatif.

Lalu apa kaitan dengan Turki Usmani? Turki Usmani dalam penelusuran saya bukan dari klan Quraisy. Dalam buku The Islamic Dynasties karya Clifford Edmund Bosworth dan dalam buku “Ensiklopedi Tematis Dunia Islam” dijelaskan bahwa Turki Usmani berasal dari Qayigh Clan (suku Kayi) salah satu suku di Turki Barat. Maka dinasti Usmani yang begitu dipuja eks-HTI dan diratapi keruntuhannya bukan termasuk katagori khilafah bila mengacu kepada syarat dalam kitab kuning.

Baca Juga  Menafsir al-Qur’an dengan Hati

Tidak hanya syarat yang tidak terpenuhi, klaim eks-HTI atas Nusantara adalah negara vassal tergugurkan. Dalam wikipedia, negara vassal adalah “negara yang sepenuhnya berada di bawah kekuasaan negara lain secara internasional. Jika negara vasal dalam bahaya dan diserang negara lain, maka negara “pelindung” akan membantu negara vasal tersebut.”

Dari peta kekuasaan Turki Usmani seperti dalam karya Albert Hourani yang berjudul A History of The Arab Peoples tergambar peta kekuasaannya tidak sampai Nusantara. Demikian juga peta dari buku The Cambridge History of Islam, peta puncak kekuasaan Turki Usmani tidak tercantum Nusantara. Justru peta negara Eropa yang dikusai Turki Usmani ditampilkan (lihat petanya).

Lebih jauh, Prof. Oman Fathurahman (dalam republika.co.id) meneliti manuskrip dan menjelaskan memang benar bila Aceh memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan Turki Utsmani, tetapi tidak ada riwayat sebagai negara vassal. Pada abad ke-16 Aceh pernah mengajukan diri sebagai negara vassal dan pada abad ke-19 kembali meminta, tetapi Turki tetap menolak. Bagi Turki, tidak ada keuntungan signifikan jika menjadikan Aceh sebagai negara vassal. Apalagi Aceh juga beberapa kali dipimpin pemimpin perempuan (sultānah) yang bertentangan dengan prinsip kekhalifahan.

Setidaknya, mulai abad ke-14, Aceh memiliki empat sultanah.

Memang benar penjelasan Prof Oman bahwa perempuan tidak boleh menjadi Khalifah, juga menjadi hakim mazālim maupun gubernur dan lain-lain seperti dijelaskan oleh kitab otoritatif milik Hizbut Tahrir sendiri semisal kitab al-Nizām al-Ijtimā’ī fī al-Islām hal 81, kitab Nizām  al-Hukm fī al-Islām hal 53, kitab Nizām al-Islām” hal 104, kitab Ajhizat Dawlat al-Khilāfah hal 23.

Turki Usmani pernah berjaya dan membawa kemajuan sebagaimana sejarah dinasti muslim yang lain seperti Umayyah, Abbasiyah, Fatimiyah, Safawiyah, Moghul ataupun kerajaan di Peureulak, Samudra Pase, Aceh Darussalam, Demak, Pajang, Ceribon, Madura, dan Mataram serta kerajaan muslim lain di Nusantara.

Baca Juga  Kisah Abu Thalhah al-Anshari yang Anaknya Wafat tanpa Sepengetahuannya

Turki Usmani semakin mundur setelah kalah perang dengan pasukan sekutu Kristen, juga pernah dikalahkan oleh Rusia walau bisa direbut kembali. Turki semakin lemah karena terjadi pemberontakan-pemberontakan. Prof Ali Mufrodi dalam “Ensiklopedi Tematis Dunia Islam” juga menyebut kemunduran Turki Usmani karena problem internal seperti Sultan Muhammad III dengan membunuhi semua saudara laki laki serta para janda janda dari ayahnya. Kekuasaan memang terkadang kejam. [MZ]

Ainur Rofiq Al Amin Dosen Pemikiran Politik Islam UINSA dan UNWAHA Tambakberas serta pengasuh Al Hadi 2 PP Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang