Ahmad Tsauri Alumnus PP Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien Lirboyo; Dosen IAIN Pekalongan

Kita Sibuk Memuji Aisyah Hingga Lupa Ibunda Nabi, Aminah

48 sec read

Ini makam Ibunda Nabi saw yang oleh Wahabi dikafir-kafirkan. Kata Alamah Habib Umar bin Hafid, sambil terisak menangis, “Jika Aminah kafir, dan masuk neraka, maka tidak ada satu orang pun dimukan bumi ini layak masuk surga”.

Bagaimana mungkin Nabi saw lahir dari rahim seorang perempuan yang tidak beriman kepada Allah. Para ulama sepakat, para Nabi lahir dari rahim yang suci.

Umat macam apa yang tidak punya kelembutan hati menjaga perasaan Rasulullah saw. Kata Syeikh Ibn Al-Arabi,

“أذى النبي صلى الله عليه وسلم من اكبر الكبائر يكاد ان يكون كفرا كما ورد فى القران ” او كما قال

“Melukai hati Nabi saw adalah dosa besar paling top, bahkan bisa kufur sebagaimana ayat al-Qur’an”. Kata Ibn Arabi, apa ada yang lebih melukai Nabi saw daripada tuduhan Ibu Nabi saw kafir? Tidak ada. Apa kalian lebih berhak untuk mendapat hidayah iman daripada ibunda Nabi saw yang melahirkan seorang putra penerang manusia sepanjang masa.

Iman yang tidak berdiri tegak diatas pondasi yang kuat dan sehat, ia mudah terseok-seok sesuai bisikan kepentingan duniawi. Seperti kata Syekh Azhar, terlihat memperjuangkan agama Allah padahal memperjuangkan hawa nafsunya.

Jika wanita suci seperti Aminah kafir, jika seorang wanita Agung yang melahirkan Nabi seperti Aminah masuk neraka, maka tidak ada seorang ibu yang pernah melahirkan dan yang dilahirkannya layak masuk surga Allah.

Kenapa kita sepakat soal kemuliaan Sayidah Aisyah sementara banyak di antara kita yang menghina Ibunda Aminah dan memperdebatkannya? Bisakah kita berbaik sangka kepadanya? Sebagai terimakasih kita kepada Nabi saw. Manusia agung hanya lahir dari rahim agung. [MZ]

Baca Juga  Feminisme Pancasila: Menelusuri Kiprah Ibu Sinta Nuriyah (Bag-1)
Ahmad Tsauri Alumnus PP Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien Lirboyo; Dosen IAIN Pekalongan

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *