Menurut Mottahedeh, ajaran toleransi dalam Islam berpusat pada surat Yunus ayat 99: وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَن فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ yang artinya “Dan jika Tuhanmu menghendaki, niscaya seluruh orang di dunia akan beriman; Maka, apakah kamu hendak memaksa manusia sehingga mereka semua akan beriman?”
Menurut al-Khazin dalam kitab Lubāb Al-Ta’wīl fi Ma’āni Al-Tanzīl, surat Yunus ayat 99 ini adalah cara Allah menghibur Nabi Muhammad yang berusaha sangat keras agar semua umat manusia beriman kepada Allah. Di dalam Tafsri al-Misbah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat ini turun untuk mengingatkan Nabi bahwa dirinya hanya bertugas menyampaikan risalah Allah. Sesemangat apapun tak perlu melampaui kemampuannya hingga membahayakan dirinya dirinya, apalagi sampai jatuh pada pemaksaan pada setiap orang.
Di dalam Tafsir Ibn Kathir, dijelaskan bahwa ayat ini memiliki padanan dengan beberapa ayat lain dalam al-Qur’an. Sebagaimana penjelasan sebagai berikut:
ولو شاء ربك ) – يا محمد – لأذن لأهل الأرض كلهم في الإيمان بما جئتهم به ، فآمنوا كلهم ، ولكن له حكمة فيما يفعله تعالى كما قال تعالى : ( ولو شاء ربك لجعل الناس أمة واحدة ولا يزالون مختلفين إلا من رحم ربك ولذلك خلقهم وتمت كلمة ربك لأملأن جهنم من الجنة والناس أجمعين ) [ هود : 118 ، 119 ] ، وقال تعالى : ( أفلم ييأس الذين آمنوا أن لو يشاء الله لهدى الناس جميعا ) [ الرعد : 31 ] ؛ ولهذا قال تعالى : ( أفأنت تكره الناس ) أي : تلزمهم وتلجئهم ( حتى يكونوا مؤمنين ) أي : ليس ذلك عليك ولا إليك ، بل [ إلى ] الله ( يضل من يشاء ويهدي من يشاء فلا تذهب نفسك عليهم حسرات ) [ فاطر : 8 ] ، ( ليس عليك هداهم ولكن الله يهدي من يشاء ) [ البقرة : 272 ] ، ( لعلك باخع نفسك ألا يكونوا مؤمنين ) [ الشعراء : 3 ] ، ( إنك لا تهدي من أحببت ) [ القصص : 56 ] ، ( فإنما عليك البلاغ وعلينا الحساب ) [ الرعد : 40 ] ، ( فذكر إنما أنت مذكر لست عليهم بمصيطر ) [ الغاشية : 21 ، 22 ] إلى غير ذلك من الآيات الدالة على أن الله تعالى هو الفعال لما يريد ، الهادي من يشاء ، المضل لمن يشاء ، لعلمه وحكمته وعدله
Artinya: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, hai Muhammad, niscaya Dia mengizinkan seluruh penduduk bumi untuk beriman kepada apa kamu sampaikan kepada mereka, lalu mereka beriman semuanya. Akan tetapi, ada hikmah dalam semua apa yang dilakukan Allah, sebagaimana firman Allah:
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu telah ditetapkan, untuk mengisi neraka dengan jin dan manusia semuanya”.(Hud 118-119).
Allah juga berfirman: أَفَلَمْ يَيْأَسِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيعًا “Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki, tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya”. (Ar-Ra’d: 31). Karena itulah, dalam surat ini Allah berfirman: أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ “Maka apakah kamu hendak memaksa manusia”. Yakni, apakah kamu mewajibkan dan memaksa mereka, supaya mereka semua menjadi orang-orang yang beriman? Artinya, tidak ada hak bagimu melakukan hal itu, dan itu bukan tugas yang diserahkan kepadamu melainkan hanya kepada Allah.
Firman Allah: يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ “Dia menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya, maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka”. (Al Fathir: 8). Firman Allah: لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya”. (Al-Baqarah: 272).
Firman Allah: لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ “Kamu [Muhammad] mungkin merutuki dirimu sendiri karena mereka tidak beriman”. (Asy-Syu’ara: 3). Allah berfirman: إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu sukai”. (Al-Qashash: 56). Allah berfirman: فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ “Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan saja, Kamilah yang menghisabnya”. (Ar-Ra’d: 40). Allah berfirman: فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصيْطِرٍ “Maka ingatkanlah, karena sesungguhnya tugasmu hanyalah mengingatkan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka”. (Al-Gasyiyah: 21-22).
Dan masih banyak ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa sesungguhnya Allah melakukan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya, menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, disebabkan pengetahuan, hikmah, dan keadilan-Nya”.
Wahbah al-Zuhaili dalam Tafsir al-Wajiz menyatakan bahwa tafsir surat Yunus 99 itu adalah sebagai berikut: “Wahai Rasul, jikalau Tuhanmu menghendaki untuk menetapkan keimanan manusia semua terhadap risalahmu dalam satu waktu, tentulah semua orang di muka bumi akan beriman seluruhnya.
Namun Allah tidak melakukannya supaya mereka memilih. Dan keimanan dan perbuatan itu sesuai kehendah Allah. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia lainnya supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman kepada risalahmu padahal Allah tidak menghendakinya? Itu bukanlah wilayah kuasamu dan kamu tidak lain hanya bertugas menyampaikan.”
Jadi, ajaran toleransi dalam Islam beranjak dari pernyataan Allah sendiri bahwa Dia sendiri tidak menghendaki seluruh manusia beriman, sekalipun kalau Dia mau hal itu akan terjadi. Jika Allah saja tidak menghendakinya, lalu apa yang menjadi alasan manusia untuk memaksa semua orang untuk beriman?.
Bahkan Nabi yang menjadi utusan Allah untuk menyampaikan risalah-Nya juga diingatkan agar tidak perlu bersedih dan merutuki diri sendiri hanya karena adanya orang-orang yang tidak membenarkan risalahnya dan tidak beriman kepada Allah. Allah mengapresiasi kegigihan dakwah Nabi Muhammad, tapi Dia melarangnya untuk melakukan pemaksaan keimanan terhadap orang lain.
Selanjutnya: Betulkah Toleransi Mencampuradukkan Akidah? (2)