(Disadur dari Tales from the Land of the Sufis, karya Mojdeh Bayat dan Mohammad Ali Jamnia)
Ganteng-muda-cerdas-kaya selalu adalah gabungan yang sangat membahayakan bagi seorang lelaki. Dunia dipenuhi banyak jebakan. Jika tidak hati-hati, karunia itu akan menuntun seseorang pada kehidupan yang menyusahkan.
Itulah Khusrau, seorang Pangeran Persia. Parasnya adalah simbol ketampanan sempurna seorang pemuda Persia. Matanya hitam, membuat bertekuk lutut setiap gadis yang dipandangnya. Beberapa utas rambut ikalnya biasanya berjumbaian di dahinya, membentuk kesan gabungan antara ketampanan dan keacuhan. Bukankah itu yang diimpikan wanita dari seorang lelaki?
Hidungnya mancung dengan bibir merah tipis yang bahkan saat mengatup pun tampak seperti senyuman indah. Kulit bersihnya membalut otot-otot tubuhnya yang perkasa. Seluruh tubuhnya adalah komposisi paling ideal dari laki-laki yang pernah diciptakan Tuhan. Gadis mana yang tak meleleh di dekatnya.
Khusrau adalah putra tunggal Raja Hurmuz, Raja agung Kerajaan Persia yang beribu kota di Madain. Kecerdasan dan ketangkasannya adalah turunan dari ayahnya dan didikan guru-guru terpilih yang sudah dipersiapkan. Berbagai pendidikan dan latihan adalah undak-undakan yang harus ditempuhnya agar saat duduk di tahta kerajaan, dia menjadi seorang raja yang matang dengan seluruh tanggung jawab dan risiko yang dipikulnya.
Tapi Khusrau adalah Khusrau. Dia memang ingin menjadi seorang rajak kelak. Tapi untuk apa seluruh pendidikan dan latihan yang melelahkan jika pada akhirnya toh dia akan menjadi raja. Karena itu, hari-harinya diisi dengan keriangan pesta. Tak ada satu pun keinginannya yang tidak terpenuhi. Dia cukup mengerling untuk mendapatkan setiap gadis yang dinginkan. Dia hanya perlu melambaikan tangan dan para dayang akan datang dengan segala kelezatan hidangan.
Siang untuk tidur atau berburu. Malam saatnya hang outuntuk menikmati tarian, nyanyian, anggur, dan diakhiri dengan bercinta.
Khusrau memiliki seorang sahabat yang sangat setia kepadanya. Sahabatnya itu masih tehitung kerabat dekat dengannya. Syapur namanya. Dia diangkat oleh sang Raja sebagai abdi kerajaan yang bertugas menemani kemana pun Khusrau pergi.
Bagi Khusrau, Syapur adalah lemari besi, tempat ia menyimpan seluruh rahasia hidupnya. Syapur adalah tangan kana-kirinya dengan apa dia memenuhi keinginan-keinginannya. Karena itu, betapa tergantungnya Khusrau pada Syapur, sahabat setianya ini.
Salah satu kelebihan Syapur adalah melukis. Dia adalah seniman yang sangat berbakat. Dia bisa melukis sketsa wajah yang persis seperti aslinya. Karena bakat ini, jika Syapur berkisah tentang sesuatu, dia pun biasanya menceritakan sebegitu detailnya hingga orang yang mendengarnya seakan melihat langsung apa yang digambarkannya.
Melihat cara hidup Pangerannya yang sama sekali tak merasa punya tanggung jawab, Syapur khawatir. Ia membatin, mungkin pernikahanlah yang bisa menghentika cara hidup Khusrau yang hanya dipenuhi dengan hura-hura.
Akhirnya, suatu malam di penghujung pesta, Syapur menceritakan tentang Syirin, seorang Puteri Kerajaan Armenia yang dilihatnya saat ia ke sana. Puteri ini bermata biru dan memancarkan sinar. Tidak ada ibarat yang bisa digunakan untuk menggambarkan mata secemerlang itu kecuali kejora. Pipinya putih kemerahan seperti disaput blush onsetiap saat.
Tubuhnya adalah pahatan patung lilin. Rambutnya yang hitam tebal dibiarkan tergerai sehingga angin pun berebutan menari dengannya. Anak-anak angin yang nakal menyeret beberapa helai rambut indah itu ke wajah Syirin. Anak angin yang nakal itu cemberut karena justru wajah Syirin makin memesona.
Jika engkau mendengdang rembulan untuk memuji kecantikan perempuan, maka purnama seketika tertutup awan saat Syirin berjalan. Para bidadari di kayangan pun berebut celah untuk mengintip Syirin yang kulitnya putih halus bak batu pualam.
Ah, mungkin dia bukan manusia. Dia mungkin cuilan surga yang sengaja dibentuk Tuhan menjadi seorang perempuan untuk menunjukkan kepada manusia apa arti keindahan.
Khusrau yang mendengar cerita itu, tak sanggup menahan diri. Hatinya tergugah. Hidupnya seperti terbangun tiba-tiba. Dia jatuh cinta seketika pada sosok putri yang dibayangkannya. Dia gelisah. Dia sendiri heran, bagaimana mungkin dia bisa jatuh cinta pada sosok yang belum pernah dilihatnya. Semakin kuat ia mengingkari perasannya, semakin kuat perasaan itu menarik dirinya.
Akhirnya, Khusrau meminta Syapur untuk mempertemukannya dengan sang Putri, bagaimanapun caranya. Syapur segera menyusun rencana, dan berangkatlah ia ke Armenia. Dia berjanji membawa sang Putri ke Persia untuk berjumpa dengan Khusrau. Bersambung…
Baca selanjutnya: Kisah Cinta Sufi… (2)