Kesehatan mental merupakan aspek vital dalam kehidupan seseorang. Faktor-faktor seperti Kesehatan mental adalah aspek penting dalam kehidupan seseorang. Faktor-faktor seperti hubungan pertemanan, keluarga, dan gaya hidup memiliki pengaruh yang signifikan terhadapnya.
Kondisi mental yang sehat dapat meningkatkan kualitas hidup, sementara kondisi mental yang buruk dapat mengganggu kesejahteraan seseorang. Masalah kesehatan mental juga sangat relevan dalam dunia pendidikan, terutama di kalangan mahasiswa. Untuk dapat belajar dengan baik dan tetap fokus, mahasiswa harus memiliki kondisi fisik dan mental yang baik.
Mahasiswa berada dalam fase transisi dari remaja menuju dewasa, di mana mereka sedang mencari identitas diri dan merencanakan masa depan. Mahasiswa sering menghadapi stres yang berhubungan dengan kegiatan akademik.
Stres ini bisa berasal dari tugas kuliah, ekspektasi orang tua, atau harapan pribadi untuk berhasil di masa depan. Masa peralihan dan tekanan akademis ini membuat mahasiswa rentan terhadap masalah kesehatan mental (Nurhafiyah & Marcos, 2023).
Contoh Kasus Gangguan Kesehatan Mental di Indonesia
Menurut data survei Kesehatan Mental Remaja Nasional Indonesia (I-NAMHS), satu dari tiga remaja Indonesia berusia 10-17 tahun mengalami masalah kesehatan mental, dan satu dari dua puluh remaja telah mengalami gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.
Angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja, sesuai dengan panduan DSM-5 (Gloriabarus, 2022). Contoh kasus tragis terkait kesehatan mental terjadi pada seorang mahasiswa berinisial MAS (24) yang melakukan bunuh diri dengan menceburkan diri di Sungai Brantas, Kabupaten Malang.
Kasus ini menyoroti dampak serius depresi di kalangan mahasiswa. MAS, mahasiswa semester 9 di sebuah perguruan tinggi negeri di Malang, diketahui mengalami depresi karena kesulitan menyelesaikan skripsinya, seperti yang disampaikan oleh Kasat Reskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat.
Lebih lagi, keluarga MAS juga mengungkapkan bahwa ia pernah mencoba bunuh diri pada pertengahan 2023 dengan melompat ke Sungai Metro, tetapi kemudian kembali ke rumah.
Penemuan jasad MAS oleh seorang pemancing pada pagi hari menguatkan dugaan bahwa tekanan akademik yang berat dan ketidakmampuan menyelesaikan kuliah memicu tindakan nekat tersebut. Tragedi ini menekankan pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental mahasiswa (Aminudin, 2023).
Penyebab dan Penyakit Gangguan Kesehatan Mental
Penyebab gangguan kesehatan mental pada mahasiswa sering kali berkaitan dengan tugas akhir atau skripsi, yang dapat memicu kecemasan luar biasa. Kecemasan ini adalah salah satu masalah kesehatan mental umum pada mahasiswa tingkat akhir, disebabkan oleh beban akademik yang berat dan sifat tugas yang individual.
Interaksi dan komunikasi yang kurang baik dengan dosen pembimbing juga dapat meningkatkan tingkat kecemasan. Kecemasan tidak hanya menghambat keberhasilan akademik, tetapi juga menyebabkan gejala fisik dan psikologis seperti sakit perut, kesulitan mengambil keputusan, dan gangguan tidur.
Meskipun tidak semua mahasiswa mengalami kecemasan berat, hampir semua mengalami gejala yang tercantum dalam Self-Reporting Questionnaire (SRQ-20). Stres dapat meningkatkan produksi asam lambung yang menyebabkan gastritis.
Stres sering menyebabkan gangguan pencernaan seperti perut kembung, mual, dan perih. Mahasiswa yang menghadapi tekanan sering mengeluh sakit perut. Namun, dengan strategi koping yang baik, respons ini dapat diantisipasi sehingga tidak berkembang menjadi kecemasan atau gangguan kesehatan mental yang serius (Sari & Susmiatin, 2023).
Solusi Merawat Kesehatan Mental Perspektif Islam
Salat dalam Islam berfungsi sebagai sarana untuk melepaskan pikiran dan perasaan dari tekanan dunia, memberikan ketenangan dan kedamaian hati. Para ahli stres merekomendasikan waktu tenang setiap hari, dan salat lima waktu menyediakan kesempatan ini bagi umat Islam, membantu mereka menenangkan diri dan meningkatkan ketahanan terhadap stres.
Praktik ini dapat menghasilkan ketenangan hati yang konsisten dan mengurangi dampak negatif dari stres sehari-hari. Agama Islam juga memainkan peran penting dalam membentuk kesehatan mental yang baik dan menyembuhkan gangguan mental.
Pengalaman beragama membantu melindungi individu dari gejala gangguan mental dan memulihkan kesehatan jiwa mereka. Kedekatan dengan Tuhan dan frekuensi ibadah meningkatkan ketenteraman jiwa dan kemampuan menghadapi kesulitan hidup. Sebaliknya, semakin jauh seseorang dari agama, semakin sulit mencari ketentraman batin (Fajrussalam et al., 2022).
Mahasiswa yang memiliki hafalan Al-Qur’an juga cenderung lebih mudah terhindar dari stres karena mereka memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Ketika menghafal Al-Qur’an, mereka merasa dekat dengan Allah dan merasakan perlindungan diri.
Mereka berusaha mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Seperti yang diungkapkan oleh Zohar dan Marshall, kecerdasan spiritual menyinari jalan seseorang melalui “mata hati”, membantu mereka menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan terarah (Toyibah & Sulianti, 2017).
Menghafal Al-Qur’an membantu mahasiswa merasa lebih berdaya dan optimis, baik terhadap masa lalu maupun masa depan. Kedekatan spiritual ini tidak hanya memperkuat mental mereka, tetapi juga memberikan arah dan tujuan hidup yang jelas, sehingga mereka menjadi lebih resilien terhadap tekanan dan tantangan hidup.
Dengan memiliki panduan spiritual yang kuat, mahasiswa yang menghafal Al-Qur’an dapat menghadapi berbagai situasi dengan lebih tenang dan percaya diri (Toyibah & Sulianti, 2017). Kesimpulannya, kesehatan mental mahasiswa dipengaruhi oleh faktor seperti tuntutan akademik dan tekanan sosial, menuntut perhatian lebih.
Praktik religius seperti salat dan menghafal Al-Qur’an dapat meningkatkan ketahanan mental, menjauhkan dari stres dan gangguan mental. Pendekatan spiritual membantu mahasiswa mengatasi tekanan hidup, meningkatkan kesehatan mental, dan memberikan ketentraman jiwa. [AR]