Jazilatul Atiyah Mahasiswi Universitas al-Azhar Mesir

Shafiyyah Binti Abdul Muthalib: Muslimah yang Ikut dalam Perang Khandaq

2 min read

  1. Muslimah inspiratif yang mencetak sejarah penting tentang peran perempuan dalam suatu keberhasilan. Ya, dia adalah Shofiyyah binti Abdul Mutholib, bibi Rasulullah SAW. Shofiyyah terlahir dari bani hasyim bangsa Quraisy. Ayahnya, Abdul Mutholib, merupakan kakek Rasulullah serta merupakan pemimpin bangsa Quraisy. Ibunya, Hallah binti Wahab, merupakan saudara perempuan Aminah binti Wahab, ibu Rasulullah.

Semasa hidupnya Shafiyyah telah menikah dua kali. Pernikahan yang pertama dengan Haris bin Harb, yang merupakan saudara Abu Sufyan bin Harb, pemimpin Bani Umayyah. Dari pernikahan yang pertama ini ia tidak dikaruniai anak. Pernikahan yang kedua, yakni dengan Al-Awwam bin Khuwailid, yang merupakan saudara laki-laki Khadijah binti Khuwailid yang mana nantinya ia menjadi istri rasulullah juga sekaligus muslimah pertama yang membenarkan kerasulan nabi. Dari pernikahannya dengan al-Awwam ini ia dikaruniai seorang anak bernama Zubair bin Awwam.

Setelah suaminya yang kedua meninggal, ia tidak menikah lagi. Ia memilih mendidik anaknya, Zubair, yang pada waktu itu usianya masih sangat kecil. Shafiyyah mendidik Zubair dengan penuh kedisiplinan dan ketegasan. Ia mengajari anaknya tentang bagaimana bermain pedang, memanah, dan juga berkuda; supaya kelak anaknya menjadi pemuda yang pemberani seperti para leluhurnya.

Pada waktu Allah SWT. mengutus Muhammad menjadi seorang Rasul, beliau menyerukan agamanya kepada sanak saudara terdekat terlebih dahulu, termasuk pada bibinya, Shafiyyah. Shafiyyah pun masuk islam dan membenarkan risalah yang dibawa oleh keponakannya tersebut. Ia pun menjadi salah satu shahabiyah yang turut membantu dakwah islam pada awal-awal masa penyebarannya.

Seiring berjalannya waktu, perlakuan kafir Quraisy terhadap umat muslim yang ada di makkah sangat kejam dan telah melewati batas kemanusiaan. Hingga pada akhirnya Allah mengizinkan Nabi Muhammad untuk hijrah ke Madinah. Shafiyyah pun ikut serta bersama dengan rombongan wanita dari Bani Hasyim. Sepanjang sejarah penyebaran agama islam, Shafiyyah telah menunjukkan kiprahnya yang begitu penting dan menakjubkan. Hal ini dibuktikan dengan perannya saat umat muslim melawan pasukan kafir Quraisy dalam perang Uhud dan juga perang Khandaq.

Baca Juga  Asghar Ali Engineer dan Pemikiran Reformisnya tentang Perempuan

Sejarah mecatat bahwasannya perang Uhud terjadi pada tahun 3 Hijriah. Pada waktu itu Shafiyyah bersama para muslimah keluar bersama dengan pasukan dari kaum muslimin. Ia bersama dengan perempuan-perempuan muslimah membantu untuk mengambil air sebagai minuman untuk pasukan muslimin yang kehausan dan juga menyiapkan alat pemanah.

Saat pasukan muslimin hendak meraih kemenangannya, pasukan pemanah yang berada diatas bukit tidak mematuhi perintah nabi supaya tidak turun dari atas bukit. Sehingga pada waktu itu barisan kaum muslimin menjadi kacau. Hal itu dijadikan kaum kafir Quraisy sebagai kesempatan untuk membalikkan keadaan.

Barisan kaum muslimin terpecah-belah sehingga sahabat yang berada di sekitar nabi hanya sedikit. Melihat kaum kafir Quraisy yang mecari dan hendak membunuh nabi, Shafiyyah turun lapangan dan berada didekat Rasulullah serta menghadang dan memukul siapa saja yang hendak membunuh keponakannya tersebut.

Sedangkan Rasulullah saat melihat Shafiyyah, ia takut jikalau bibinya melihat saudaranya, hamzah yang telah tergeletak mati syahid. Rasul pun memberi isyarat kepada anaknya, Zubair, supaya menghentikan ibunya. Tapi Shafiyyah tetap bersikeras atas apa yang dilakukannya tersebut, meskipun itu sudah jelas sangat berbahaya bagi dirinya.

Setelah perang Uhud berakhir, Shafiyah berada di samping saudaranya, Hamzah. Ia melihat saudaranya dalam kondisi perut yang telah dirobek dan hatinya telah dikeluarkan, pun telinga dan hidung yang telah dipotong, serta wajah yang telah dicabik-cabik. Ia hanya bisa memohonkan ampunan bagi saudaranya, serta rida terhadap takdir Allah, dan juga bersabar.

Dan, sudah menjadi adat, ketika Rasulullah SAW berencana untuk pergi melakukan suatu peperangan, beliau meletakkan perempuan-perempuan serta anak-anak dalam benteng-benteng agar senantiasa aman. Saat perang khandaq, Rasulullah meletakkan para perempuan serta anak-anak di benteng milik Hasan bin Tsabit.

Baca Juga  Kedudukan Suami dan Istri Dalam Rumah Tangga Menurut Islam

Hingga suatu ketika saat mereka berada di dalam benteng, Shafiyyah melihat bayangan yang sedang bergerak. Ia pun curiga lalu menyelidiki bayangan tersebut dan akhirnya ia mengetahui bahwa bayangan itu adalah orang yahudi dari Bani Quraidzah yang menjadi mata-mata orang kafir Quraisy. Mengetahui bahwa itu adalah mata-mata orang Quraisy, Shafiyyah pun beraksi dengan akalnya yang amat cerdik. Ia memukul mata-mata tersebut sampai ia meninggal.

Tinta emas sejarah mencatat Shafiyyah sebagai muslimah pertama yang berhasil membunuh kaum musyrik. Radhiyallahu anha. Semoga kita semua dikaruniai rasa cinta terhadap nabi, para sahabat, dan juga keturunannya. [MZ]

Jazilatul Atiyah Mahasiswi Universitas al-Azhar Mesir