Jauharul Habibi Mahasiswa Aqidah dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya; Aktif Menulis Sastra; Tergabung dalam Ruang Sastra Gresik; Alumnus Kanjeng Sepuh Sidayu

[Puisi] Memperingati Hari Puisi Nasional di Tengah Pandemi

1 min read

Mukadimah Corona

Corona itu, tamu nyata dunia,

hadirnya tak terihat mata namun nyata adanya

bagai hantu kegelapan, diterik panas cahaya

menyisir waktu disekat-sekat keramaian

 

Menyebar bagai musafir

Menakuti seperti vampir

Membunuh layaknya martir

 

Sekecil debur debu berdapak seribu

tumbuh dalam redup penglihatan

rumbai ototnya bertempur imun tubuh

siapa digdaya?

 

Corona itu,

mukadimah disecarik kertas

hanya awalan, akhiran itu akhirat

tentang isi dan penutupnya

antaramu dengan Tuhanmu.

Gresik, 2020.

 

Sepasang Dok dan Sus

Di keramaian lara,

aku jembatan penyambung bahagia

berkoma sembuh tidaknya atma (,)

bertitik atas ketetapan Kuasa (.)

 

dok itu, nama depanku

orang-orang fasih mengucapnya

mencariku mudah..

aku selalu ada di dinding waktu

bersebelahan dengan jendela pasien pesakitanku

pakaianku tidaklah bianglala

namun selalu menyatu dalam warna brownis pandan

kalungku tak melingkar

ia bersender seperti kaca mata

bergandulkan denyut nadi

bersenjatakan jarum suntik

 

aku berpasangan dengan Sus

ia teman setia dibawah cahaya kamar operasi

gunting, benang, pisau .. berjejer dihidangkannya

rudira yang deras keluar dari daksa

nafas yang terengah entah ada dan tiada

menjadi tanggung jawab bernahkoda sumpah

 

keberadaanku seperti lampu

skakelnya adalah jemari Ilahi

kadang menyala ada, kadang mati tiada

Aku seperti malaikat

untaianku obat

coretanku taat

petunjukku syafaat

 

aku didewasakan waktu

namun aku tetaplah insan buana

tentang keterbatasan,

yang kadang lupa arah

 

kami sepasang

dok dan sus

diperuntungan dalam kesusahan orang-orang

Sidayu, 2020.

 

Izinnkan Aku Mengenal/Mu

Kini, aku hidup di Dunia Utopia

tidak seorang diri melibas asa

dalam kungkung sejarah yang tercipta tak sama

kuingin mengenal siapa bapak ku?

Baca Juga  Rembug Manusia Semesta

kuingin mengenal siapa ibu ku?

 

Dalam rongga kegelapan tanpa cahaya

bising suara yang menyelimut di kepala

dalam diri pun masih penuh tanya..

 

Kulihat mentari terbit gembira di ujung Timur

dan tenggelam sumringah di ujung Barat, namun masih kutemui tanya..

 

Perjumpaan cahaya dengan cahaya

tapi kasyaf diri berkabut dosa

membutakan mata dari butir sejatinya cinta

 

Apakah aku ini manusia tanpa manusia

ataukah domba-domba dalam kitab Nya

 

Bertudung rindu aku mencari Mu

dalam cermin bisu, kupandang diriku kaku

kutemui bapak ibukku terlahir satu.

 

Kutemui Satu

dengan mengenal Nya, tabir tanya terbuka nyata

dengan mengenal Nya, kumengenali mu

dengan mengenali mu, kutau siapa diriku

Gresik, 2020.

 

Sebatas Hamba

 

Aku masih disini bersimpuh menghamba

terkelungkup dalam bejana buana

dikolong kursi kayu mu,

sedang Engkau duduk atas kuasa

 

Aku ingin merayu Mu

di angin yang pulang mengempas bumi

di langkah menggunung memuncak sunyi

di bait suci bertinta rindu

di jalur-jalur darah beroda cinta

duhai penggerak kaki-kaki semut

Engkau Kuasa, sedangku hamba

Gresik, 2020.

 

Masih Hujan

Meluruhkan ingatan,

ada hujan yang membasah dan membasuh

Debu-debu menggumpal bercampur air mata

Sedang rindu dibawah tetes masih menetes

Mulianya mentari mengalah sejenak

mempersilahkan hujan mengucurkan rindunya

Hujan masih air,

kebencian

palsu harapan

omong kosong cita tanpa asa

membayang disela jatuh butirnya

membelah ruang-ruang

menciptakan rupa pelangi dalam kegelapan

Gresik, 2020

 

Ilusi Kepergian 

Kau ada dalam ketiadaan,

pikiran yang kemana-kemana

hidup dalam angan yang terbagi udara

jarak dekat dimata namun tak terdekap

kuraba-raba..

ternyata hanya ilusi disaat sepi

Baca Juga  Menyoal Otentitas Pernikahan

 

Kau yang ada dalam diam, bicaralah

Kau yang ada dalam jauh, mendekatlah

Kau yang hanya ilusi, pergimu kamana!

Gresik, 2020

Jauharul Habibi Mahasiswa Aqidah dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya; Aktif Menulis Sastra; Tergabung dalam Ruang Sastra Gresik; Alumnus Kanjeng Sepuh Sidayu

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *