Ummi Kiftiyah Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Buku “Menjadi Hawa”; Sama-sama Perempuan, Beda-beda Pengalaman

2 min read

Judul Buku      : Menjadi Hawa (Antologi Pengalaman Biologis dan Sosial Perempuan)
Penulis             :  Layla Badra Sundari, dkk.
Tebal Buku     : 220 halaman
Cetakan           : Pertama, Februari 2023
Penerbit           :Gading Publishing
QRCBN          : 62-1359-4401-358

Menjadi perempuan berarti termasuk menjalani keseluruhan prosesi kodrati yang telah digariskan takdir. Dalam KBBI makna kata perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. Definisi yang erat kaitannya dengan pengalaman biologis tersebut sudah lazim diketahui dan mayoritas perempuan pun merasakannya. Namun meski sama-sama perempuan, masing-masing memiliki pengalaman yang berbeda, yang kemudian menghasilkan dampak pengalaman sosial yang beragam.

Buku Menjadi Hawa ini berisi antologi pengalaman biologis dan sosial perempuan. Buku bertebal 220 halaman itu memuat 19 kisah nyata dari pengalaman pribadi para penulis. Kumpulan kisah ini dibagi menjadi tiga bagian, yakni; bagian Menstruasi, Hamil dan Melahirkan, kemudian  yang terakhir bagian Nifas dan Menyusui.

Faqihuddin Abdul Kodir dalam pengantarnya menyebutkan bilamana berbagai keunikan pengalaman perempuan ini banyak diungkapkan, sering dimunculkan, dan banyak menjadi pembicaraan, lama-kelamaan ia akan menjadi pengetahuan objektif yang bersifat publik. Lalu kemudian  hal tersebut akan membawa pengaruh terhadap kontruksi kebijakan yang berlaku sehingga perempuan dalam hal ini bisa mendapatkan hak yang memang sudah sepantasnya mereka dapatkan.

Menstruasi adalah tahap dasar dari pengalaman biologis seorang perempuan yang umumnya terjadi di rentang usia 9-15 tahun. Tahap ini ditandai dengan luruhnya dinding rahim karena tidak adanya proses pembuahan pada sel telur. Menarche atau pengalaman menstruasi pertama selalu menyimpan kenangan tak terlupakan. Beberapa perempuan mungkin beruntung karena pada masa mens perdananya mendapatkan privilese berupa pengetahuan dan dukungan sosial yang baik, namun tak sedikit yang harus menjalani masa itu dengan berbagai pengalaman kurang begitu menyenangkan.

Baca Juga  Sweet-Nya Cinta Rasulullah Kepada Kaum Perempuan

Selain dari prespektif sains, menstruasi juga turut di bahas dalam kitab-kitab suci agama. Seperti pembahasan menstruasi dalam Al-Qur’an bagi agama Islam, yang menyebut haid (menstruasi) sebagai adza’ (penyakit) dan dalam teks Imamat agama Kristen yang menyebut menstruasi  sebagai masa di mana perempuan dianggap sedang berada dalam keadaan najis. Yang tak kalah penting dari termuatnya perihal menstruasi dalam kitab-kitab suci adalah analisa dan penafsiran yang dipakai dalam memakai sumber-sumber tersebut sebagai rujukan.

Memasuki bagian kedua buku ini yakni perihal hamil dan melahirkan. Pengalaman-pengalaman yang dibagikan para penulis kali ini sudah banyak berkaitan dengan kaum adam sebagai sosok suami. Keberhasilan seorang perempuan melewati fase ini sedikit banyak didukung oleh faktor luar dari dirinya, yakni lingkungan keluarga terutama suami. Sebagaimana kisah Anifa Hambali yang merasa beruntung sekali memiliki pasangan saling mendukung (hlm.59)

Ramainya mitos-mitos saat masa kehamilan dan melahirkan yang sampai saat ini masih langgeng dipercaya menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi para perempuan. Salah satunya pengalaman Firstda Maulana Fasa yang berbagi perihal mitos dan fakta seputar melahirkan menurut orang Jawa. (hlm.131) Diantara mitos yang cukup membuatnya menyesal karena sempat menaruh percaya adalah larangan untuk tidur telentang bagi perempuan seusai bersalin. Ia harus merasakan sakit akibat pembengkakan kaki yang tak kunjung kempes, bahkan semakin membesar karena ia harus tidur dengan posisi duduk sampai minggu ke-3 pasca melahirkan.

Membaca berbagai pengalaman dramatis hamil dan melahirkan dalam buku ini membuat saya pribadi cukup tersentuh sekaligus ngeri. Tak terbayang betapa lelah dan sakitnya seorang perempuan dari proses hamil hingga melahirkan. Tak ada perbandingan lebih berat  mana perjuangan perempuan yang melahirkan secara normal dengan permpuan yang harus terpaksa melahirkan dengan operasi caesar. Dari kisah-kisah para penulis, kiranya dua hal ini sama-sama memiliki tantangan tersendiri.

Baca Juga  Cara Rasulullah Mengenang Sayyidah Khadijah

Banyak yang mengira rasa sakit saat melahirkan adalah akhir dari perjuangan berdarah-darah seorang perempuan. Rasa lega sekaligus bahagia telah menyandang status sebagai seorang ibu seakan bisa menghapus jejak derita di fase sebelumnya. Namun sejatinya perjuangan masihlah sangat panjang. Di bagian ketiga buku ini, para penulis berbagi pengalaman biologis mereka selanjutnya yakni fase nifas dan menyusui.

Mayoritas perempuan mengalami masa nifas selama 40-60 hari lamanya. Menurut WHO masa nifas adalah masa yang kritis baik untuk sang ibu maupun bayinya. Pemulihan alat-alat reproduksi perempuan saat nifas adalah perantara seorang perempuan terlahir sebagai seorang ibu. Selanjutnya, untuk memenuhi kodrat sebagai seorang ibu, perempuan juga harus menyusui bayinya. Hal tersebut juga bukan perkara mudah. Terlebih saat pengalaman pertama menjadi seorang ibu. Rasa lelah dan sakit saat menyusui seakan menjadi babak lanjutan dari perjuangan-perjuangan sebelumnya.

Rentetan pengalaman biologis perempuan dari mulai menstruasi, hamil, melahirkan, nifas sampai menyusui erat kaitannya dengan respon sosial yang didapatkan. Di antara respon sosial yang berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan para perempuan adalah berupa kontruksi kebijakan-kebijakan publik.

Ashilly Achidsti dalam epilog penutup buku ini mengatakan bahwa pengalaman biologis perempuan juga termasuk urusan laki-laki. Maka respon terhadap berbagai pengalaman biologis perempuan seharusnya tidak hanya ramah terhadap perempuan, tetapi juga ramah pada kaum laki-laki agar mereka bisa maksimal saat pengambilan peran dalam keluarga.

Buku ini sangat layak dibaca oleh semua kalangan. Beragam pengalaman biologis dan sosial perempuan disajikan dalam bentuk narasi ringan namun dengan nilai keilmuan yang berbobot. Hadirnya buku ini semoga bisa menjadi wasilah terpenuhinya hak-hak perempuan dalam menjalani kehidupan brsama.

Ummi Kiftiyah Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta