Prof. KH. Moh. Ali Aziz, M.Ag Guru Besar Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya; Pengarang Buku Best Seller Terapi Shalat Bahagia, 60 Menit Terapi Shalat Bahagia, dll.

[Jumat] Bagaimana Umat Islam Menyikapi Pandemi Covid-19?

3 min read

اَلْحَمْد ُلِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن  اَشْهَدُاَنْ لا اله اِلاَّ اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ  وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَا عباد الله اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ  قَالَ اللهُ تَعَالَى يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin yang Mulia

Pada saat dunia berfokus melawan covid-19, ijinkanlah saya mengutip firman Allah dalam surat An Nisa’ ayat 28:

يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمۡۚ وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ ضَعِيفٗا

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia diciptakan sebagai (makhluk yang) lemah.”

Ayat ini menjelaskan, bahwa manusia adalah makhluk yang lemah. Covid-19 yang sedang menghantui manusia sekarang ini diciptakan Allah, antara lain agar orang kembali merenungi firman ini. Negara-negara maju dengan persenjataan super canggih yang bisa melumpuhkan serangan musuh dari darat, laut dan udara, ternyata hari ini tak berdaya membendung serangan Corona. Maha benar Allah dengan Firman-Nya,

وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ ضَعِيفٗا

“Manusia diciptakan sebagai makhluk yang lemah”

Pusat-pusat keramaian dunia, hari-hari ini berubah sepi seperti kuburan. Tempat-tempat hiburan yang biasanya sarang maksiat sekarang juga sunyi, istirahat dari dosa. Ternyata, jika Allah hendak mematikan kehidupan di bumi, Allah tidak perlu membelah langit, atau mengguncang bumi, atau menerbangkan gunung-gunung ke udara. Tapi, cukup dengan menciptakan makhluk terkecil yang hanya bisa dilihat dengan alat tercanggih. Wahai manusia-manusia yang merasa cerdas, kuat, dan hebat, saat ini kalian harus bertekuk lutut di depan makhluk terkecil itu. Maha benar Allah dengan firman-Nya,

وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ ضَعِيفٗا

“Manusia diciptakan sebagai makhluk yang lemah”

Benar juga firman Allah dalam Surah Yasin ayat 28,

وَمَآ أَنزَلۡنَا عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ مِنۢ بَعۡدِهِۦ مِن جُندٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَمَا كُنَّا مُنزِلِينَ

“Dan Kami tidak menurunkan tentara malaikat dari langit kepada masyarakat itu sesudah dia (yaitu penganjur agama itu meninggal), tidaklah mungkin Kami menurunkannya.”

Ayat ini mengingatkan manusia, bahwa untuk menurunkan peringatan keras, Allah tidak perlu menurunkan bala-tentara malaikat dari langit, lalu malaikat-malaikat itu mengepak-ngepakkan sayapnya untuk melumatkan kehidupan di bumi. Allah telah mempunyai cara tersendiri di luar nalar manusia (beyond comprehension), seperti yang dirasakan manusia saat ini. Bahkan ada beberapa orang yang mati, bukan karena virus, tapi karena stress atau ketakutannya yang berlebihan.

Baca Juga  [Khutbah Jumat] Halal Bi Halal: Rahmat Allah di Balik Pandemi

Sungguh, dengan virus corona, Allah menyadarkan manusia untuk bertakbir, mengakui kebesaran Allah dan kelemahan dirinya. Allahu Akbar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Setelah itu bersujudlah, bersujudlah, dan bersujudlah. Sungkurkan wajah Anda dengan bertasbih, “Subhāna rabbiyal a’lā wabihamdih” Wahai Allah Yang Maha Tinggi, inilah hamba-Mu yang amat lemah menyungkurkan wajah untuk mengakui kebesaran-Mu. Terimalah sujudku, dan ampunilah dosa-dosaku.

Hadirin yang Mulia

Ketahuilah, Allah tidak pernah menciptakan sesuatu, termasuk virus corona, hanya untuk iseng, main-main, atau tanpa tujuan besar. Allah berfirman dalam Surah al-Dukhān ayat 38:

وَمَا خَلَقۡنَا ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا لَٰعِبِينَ

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan apa saja yang ada antara keduanya dengan main-main”

Dalam surah al-Mukminūn ayat 115, Allah juga berfirman,

أَفَحَسِبۡتُمۡ أَنَّمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ عَبَثٗا وَأَنَّكُمۡ إِلَيۡنَا لَا تُرۡجَعُونَ

“Apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu hanya untuk main-main (saja), lalu, kamu tidak dikembalikan kepada Kami?

Maka, berpikirlah positif, bahwa di balik bencana virus corona ini, Allah sedang merangsang kecerdasan intelektual dan emosional kita. Sejumlah masjid di Eropa dan Amerika telah ditutup untuk mengurangi persebaran bencana ini. Jika kebetulan Anda berada di wilayah itu untuk social distancing, maka Anda tak boleh marah dan kecewa. Itulah ikhtiar untuk menyelamatkan nyawa manusia, dan itu adalah salah satu misi utama Islam. Iman dan tawakal tidak boleh menjadikan kita ceroboh, tanpa ikhtiar maksimal. Berarti, Anda juga sedang dipaksa untuk menjadikan rumah sebagai masjid, yang selama ini seperti kuburan, karena tak pernah terdengar cengkerama dan diskusi agama di dalamnya. Di rumah itu, Anda bisa shalat berjamaah dengan istri dan anak, sesuatu yang telah amat lama mereka rindukan. Lalu, setelah shalat, Anda dan keluarga saling merangkul, saling menasihati, dan saling menyemangati (watawāshaw bil haqqi watawāshaw bis shabr). Di meja makan, Anda juga bergantian berebut saling menyuapkan nasi kepada anak dan istri. Betapa indahnya cara Allah menggiring Anda untuk membangun “Rumahku Surgaku,” sebuah kebahagiaan yang kita impikan sejak lama.

Baca Juga  [Khutbah Idul Adha] Selembar Kisah Abadi: Pengorbanan Suci dan Cinta Sejati

Tak kalah pentingnya, sejak munculnya virus ini, sebagian besar masyarakat dunia telah mengurangi kezalimannya. Selama ini, mereka selalu menuduh Islam sebagai musuh peradaban atau musuh global yang harus dikutuk dan dilawan. Setiap bertemu Muslim, mereka memandangnya sebagai teroris. Bahkan sebagian dari mereka melarang orang Islam untuk memasuki negaranya. Sekarang, musuh global itu bergeser dari Islam ke Covid-19.

Hadirin yang Mulia

Pada kesempatan ini, saya juga menyampaikan firman Allah dalam surah al-Isrā’ ayat 11:

وَكَانَ ٱلۡإِنسَٰنُ عَجُولٗا

“Dan manusia selalu tergesa-gesa.”

Kita ini makhluk yang serba tergesa-gesa, di samping makhluk yang lemah. Sebagian kita tergesa-gesa menuduh semua orang asing, khususnya yang bermata sipit sebagai pemicu corona. Itu menyakitkan hati. Dalam kehidupan sesama Muslim, kita juga sering tergesa-gesa menghakimi sesama muslim, lalu memberi label musyrik, bid’ah, murtad, dan sebagainya. Dan itulah, virus sosial yang lebih jahat daripada virus corona. Kita juga tergesa-gesa mengatakan, bahwa bencana ini sebagai azab. Kok hebat benar, Anda tahu darimana? Kapan Anda wawancara dengan Allah? Dalam hal akhlak kita kepada Allah, kita kadangkala tergesa-gesa menuduh Allah tidak adil, ketika mendapat musibah, atau ketika doa kita tidak dikabulkan Allah. Ketahuliah, Allah tidak harus memberi semua permintaan kita, tapi Allah selalu memberi yang terbaik dan mengangkat kemuliaan kita di sisi Allah memalui berbagai cobaan.

Hadirin yang Mulia

Sebagai penutup, menghadapi covid 19, kita tidak boleh panik, sebab kepanikan bisa menurunkan kekebalan kita. Tapi, kita juga tak boleh ceroboh, sebab kita diminta Allah untuk berpikir cerdas untuk menanggulanginya. Perhatikanlah sunnatullah atau hukum-hukum alam yang diciptakan Allah. Ikutilah petunjuk pemerintah dan berdoalah. Ketahuilah, tak ada manusia kebal virus. Bencana bisa menimpa semua orang. Orang khyusuk pun bisa terkena gempa atau terkena serangan jantung. Dalam kitab, “Rijāl Hawla al-Rasūl” karya Khalid Muhammad Khalid disebutkan, bahwa, satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Si ompong ini tak pernah absen perang bersama Nabi. Ya, ompong, sebab beberapa gigi manisnya lepas karena digunakan untuk mencabut pecahan besi yang menancap di wajah Nabi pada perang Uhud. Darah berceceran. Shallu ‘alan Nabi!, Shallu ‘ala Abi Ubaidah!. Ia tangguh di medan perang, bahkan pernah menjadi panglima di mana Abu Bakar dan Umar berada dalam pasukannya. Tahukah Anda? Ia wafat bukan karena pedang musuh, tapi karena wabah penyakit di Suriah. Ikhtiarlah yang maksimal untuk menghindari virus ini dan berdoalah. Selanjutnya pasrahkan semua kepada Allah. Allah berfirman dalam surah al-Mulk ayat 29:

Baca Juga  [Khutbah Jumat] Seorang Muslim yang Menjadi Pewangi Bumi

قُلۡ هُوَ ٱلرَّحۡمَٰنُ ءَامَنَّا بِهِۦ وَعَلَيۡهِ تَوَكَّلۡنَاۖ

“Katakanlah, “Dialah Allah Yang Maha Penyayang. Kami beriman kepada-Nya, dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal.”

Hadirin yang Mulia

Sekarang mata dunia terbelalak, ternyata hanya Islamlah satu-satunya agama yang menyuruh kita cuci tangan, membersihkan mulut dengan berkumur atau sikat gigi, memasukkan air ke dalam hidung dan menyemprotkan keluar, serta membersihkan muka, berkali-kali dalam setiap hari dan malam. Subhanallah, semoga Covid-19 menjadi pintu masuk bagi masyarakat dunia untuk mengikuti agama Islam.

            اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ اِنَّهُ هو الغفور الرَّحِيْمُ

[Khutbah ini disampaikan pada hari Jumat di Masjid Agung Sunan Ampel 20 Maret 2020]

Prof. KH. Moh. Ali Aziz, M.Ag Guru Besar Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya; Pengarang Buku Best Seller Terapi Shalat Bahagia, 60 Menit Terapi Shalat Bahagia, dll.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *