Sosok Kiai Abdul Ghofur, Ulama-Cum-Pengusaha

2 min read

Setiap pesantren pasti memiliki tokoh yang karismatik dan cerdas. Prof. Dr. K.H Abdul Ghofur salah satunya. Beliau merupakan Pendiri Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan Jawa Timur. Kiai Ghofur berkontribusi sangat besar dalam mendirikan Pesantren Sunan Drajat. Dari yang dahulu hanya memiliki beberapa santri hingga sekarang mencapai ribuan santri.

Kiai Abdul Ghofur lahir dari pasangan H. Maftukhan dan Hj. Aminah pada tahun 1949 di Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati Paciran Lamongan. Sejak kecil, Kiai Ghofur merupakan seorang yang cerdas dan memiliki niat kuat. Kiai Ghofur pernah belajar di Sekolah Dasar sekaligus di Madrasah Ibtidaiyah. Lalu, beliau melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah di Desa Kranji, sambal nyantri di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah. Setelah lulus, Kiai Ghofur melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Denanyar Jombang.

Sehabis merampungkan pendidikan Aliyah di Denanyar, Kiai Ghofur melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Kramat dan Sidogiri Pasuruan. Di saat proses tabarrukan, Kiai Ghofur mendapat petunjuk dari Kiai Abu Bakrin untuk mencari guru agar menjadi seorang kiai. Guru yang dimaksud adalah Kiai Hasbullah. Kiai Hasbullah tidak seperti kiai-kiai biasanya, beliau tidak memiliki pesantren. Bahkan, beliau bertempat tinggal di gubuk tengah hutan.

Berguru pada Kiai Hasbullah tidak semudah yang dikira. Kiai Ghofur sendiri, pernah beberapa kali ditolak menjadi murid. Pada akhirnya, Kiai Hasbullah memberi sebuah syarat untuk menerima Kiai Ghofur sebagai murid. Syarat tersebut berupa sebuah pertanyaan yang memiliki filosofi tinggi, “berapa meterkah perputaran bumi ini?” Pertanyaan tersebut memiliki makna bahwa hidup hanya sementara, maka manusia harus Amar ma’ruf nahi munkar. Kiai Ghofur mampu memenuhi syarat tersebut, akhirnya beliau menjadi murid Kiai Hasbullah.

Baca Juga  [Cerpen] Mimpi Maryam (2)

Fokus utama dakwah Kiai Ghofur adalah pada bidang pendidikan. Terbukti dalam pesantrennya terdapat berbagai bidang pendidikan, yaitu Madrasah Tsanawiyah Sunan Drajat, SMPN 2 Paciran, Masrasah Aliyah Ma’arif 7, SMK Sunan Drajat, Madrasah Mu’allimin Mu’allimat, dan Institut Pesantren Sunan Drajat (INSUD).

Selain pendidikan formal, di Pesantren Sunan Drajat juga berkembang pendidikan non formal, seperti Lembaga Pengembangan Bahasa Asing, Madrasah Diniyah, dan tentu saja mengaji kitab kuning. Menurut Kiai Ghofur, tarekat Pesantren Sunan Drajat adalah pendidikan. Jika pesantren semakin dapat mengembangkan pendidikan, maka masyarakat akan semakin tertarik untuk belajar di pondok pesantren.

Kelebihan pemikiran Kiai Ghofur adalah sifat terbuka terhadap perkembangan zaman. Hal ini ditandai dari sekolah-sekolah yang ada di pesantren Sunan Drajat tidak hanya sekolah-sekolah agama, namun juga terdapat Sekolah Negri dan Sekolah Kejuruan. Menurut Kiai Ghofur, belajar tentang agama saja tidak cukup, namun juga harus diimbangi dengan pengetahuan-pengetahuan demi menghadapi tantangan dunia luar yang semakin canggih.

Sampai sekarang pun, Kiai Ghofur masih tetap terus mengadakan pengajian-pengajian di berbagai daerah. Tidak hanya itu, pengajian-pengajian yang diajarkan untuk para santri pun disiarkan di stasiun televisi dan radio milik pesantren, yang bertujuan agar didengar oleh khalayak luas. Pesantren Sunan Drajat memiliki stasiun televisi dan radio sendiri, yang menayangkan pengajian-pengajian Kiai Ghofur serta kasidah-kasidah milik pesantren.

Walaupun fokus utama Kiai Ghofur adalah pendidikan, namun bidang ekonomi juga dianggap sangat penting bagi perkembangan pondok pesantren. Terbukti, Pesantren Sunan Drajat telah memiliki beberapa unit usaha, diantaranya adalah PT SDL (Sunan Drajat Lamongan). Di dalamnya terdapat beberapa devisi, yaitu Air Minum Aidrat, Jus Mengkudu, Radio dan TV Persada, pembuatan Pupuk Phospat alam, Koperasi, dan BMT.

Baca Juga  Puisi: Doa Ibu Nabila dan Bayi-bayi Abadi

Menurut Kiai Ghofur, untuk mengembangkan pondok pesantren akan membutuhkan banyak biaya. Pihak pesantren juga tidak akan terus menerus menunggu bantuan. Entah bantuan dari wali santri maupun dari pemerintah. Maka dari itu, Kiai Ghofur berinisiatif membuat beberapa perusahaan kecil yang dikelola oleh keluarga dan para santri sendiri. Manfaatnya pun tidak hanya bagi perkembangan pesantren saja, namun juga dari pihak santri akan dapat belajar untuk bekerja keras.

Rasa toleransi yang tinggi juga membuat Kiai Ghofur tidak hanya dikenal oleh kalangan umat muslim saja, namun juga orang-orang non-Muslim. Bahkan, ada beberapa yang bekerjasama  dengan Kiai Ghofur. Sikap toleran dan terbuka membuat Kiai Ghofur semakin disegani oleh masyarakat luas. Tidak jarang pula, diadakan beberapa pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh agama lain.

Di pesantrennya saja, terdapat sekelompok santri yang dilatih khusus untuk Kesenian Barongsai. Seperti yang sudah maklum, Barongsai identik dengan budaya tnis Tionghoa. Namun Kiai Ghofur membuktikan bahwa pesantren pun bisa meunjukkan rasa toleransi, contohnya dengan Barongsai tersebut. Kelompok santri yang sudah terlatih Barongsai akan menunjukkan bakatnya pada acara-acara besar di pondok pesantren.

Arkian, sosok Kiai Abdul Ghofur merupakan salah satu potret kiai pesantren yang selain pakar dalam bidang agama, pun jago berbisnis. Buktinya adalah kesuksesan Pesantren Sunan Drajat yang telah memiliki dan mengembangkan beberapa unit usaha di bawah bender PT SDL. Dalam pikiran Kiai Ghofur, pesantren harus bisa mandiri dan tidak selalu bergantung pada bantuan-bantuan pihak lain saja. Karenanya, pesantren seyogianya juga mengembangkan badan seperti yang telah dilakukan Pondok Pesantren Sunan Drajat. [FM]

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *