Najib Murobbi Mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia

At-Tahaaun: Kisah Seekor Rayap, Covid-19 dan Tenggelamnya dua Orang Pemuda

2 min read

Suatu hari dikisahkan ada dua orang pemuda sedang membuat kapal layar yang terbuat dari kayu. Saat keduanya sedang membuat kapal layar, mereka menemukan seekor rayap yang hinggap di kayu kecil. Salah satu dari mereka hendak membuangnya, akan tetapi tidak diizinkan oleh satunya. “Tenang saja, itu hanyalah kayu kecil yang jika habis dimakan oleh rayap tidak akan berpengaruh pada kapal besar kita. Biarkan saja kayu kecil itu tetap ada.” Sahut pemuda yang menolak membuang rayap tadi.

Kemudian pemuda itu memasukan kembali kayu kecil yang berisi seekor rayap. Tidak lama kemudian, kapal layar mereka telah jadi dengan apik serta gagah. Dan sesaat kapal itu selesai mereka berlayar di tengah laut yang indah dengan keadaan selamat.

Setelah beberapa tahun kemudian seekor rayap yang hinggap di kayu kecil itu berkembang biak dengan banyak menjadi segerombolan. Segerombolan rayap itu perlahan-lahan memakan setiap sudut kapal layar tersebut. Hingga membuat banyak lubang kecil di sudut dan pusaran kayu kapal layar. Sedikit demi sedikit lubang semakin membesar dan membiarkan air laut masuk ke permukaan kapal layar.

Dengan jerih payah kru kapal layar menahan dan mengeluarkan air yang masuk, tetapi tetap saja tidak mampu karena besar dan kuatnya air laut yang masuk. Akibat semakin besarnya air yang masuk ke dalam kapal layar kru kapal dan dua pemuda itu semua tenggelam dalam lautan yang dalam.

Jika kalian pernah mendengar cerita di atas, berati ingatan kalian masih kuat. Cerita di atas adalah salah satu penggalan kisah dengan judul “At-Tahaaun” yang terdapat pada kitab Al-Qira’atu Ar-Rasyidah yang diterbitkan pondok pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Biasanya kitab ini diajarkan pondok pesantren modern pada santri kelas Aliyah dengan mata pelajaran Muthola’ah. Seperti pondok Darussalam Gontor, Daar El-Qolam Tangerang, dan Darunnajah Jakarta.

Baca Juga  Pengorbanan Siti Hajar di antara Ikhlas atau Rida

Kisah At-Tahaun diakhiri dengan tambahan kutipan bahwa, ketahuilah bahwa lubang kecil itu tidak akan membesar kecuali dari sepotong kecil kayu berisi seekor rayap. Seandainya sejak awal kayu itu dibenahi dengan baik (dibuang) tidak akan terjadi musibah yang melanda tenggelamnya kapal. Sesungguhnya segala sesuatu yang kecil dilakukan dengan terus menerus justru akan menjadikan perkara besar. Sebagaimana seekor rayap yang menjadi segerombolan rayap.

Dari kisah di atas, kita bisa menggambarkan kondisi yang sedang melanda di seluruh dunia. Corona Virus Disease 2019  atau yang lebih umum diketahui sebagai Covid-19. Terlepas dengan isu kontroversinya apakah ini semacam konspirasi atau sett yang sudah diatur oleh oknum yang tidak berprikemanuisan dan bertanggung jawab. Covid-19 memberi pelajaran seperti seekor rayap yang hinggap di kayu kecil. Sehingga ia telah membesar dan berkembang ke seluruh dunia.

Indonesia dan Pencegahan yang Kurang Optimal

Di Indonesia misal, masifnya penyebaran Covid-19  saat ini menjadi gambaran kurang optimalnya kebijakan atau imbauan pemerintah terkait social distancing dalam upaya mencegah penyebarluasan virus mematikan tersebut. Terstruktur, sistematis dan masifnya  penyebaran Covid-19 tak lepas dari kurangnya kesadaran masyarakat terhadap imbauan yang diserukan pemerintah.

Namun, di sisi lain,pemerintah juga diingatkan untuk tanggap dan cepat mengevaluasi kebijakan yang dinilai kurang optimal berjalan di masyarakat. Dalam hal ini sama dengan ketika dua orang pemuda tidak satu pandangan terkait hal apa yang sebenarnya dihadapi. Perkara kecilkah, sepelehkah, atau besar

Perpindahan orang dari suatu daerah berkategori zona merah, seperti Jakarta misalnya, menyebabkan daerah lain akhirnya rentan terpapar sehingga menuntut pemerintah tanggap atas situasi dan kondisi tersebut untuk kemudian dievaluasi dan menciptakan solusi baru atas persoalan yang ada. Sosial distancing yang terus digaungkan pemerintah dan berbagai elemen pada kenyataannya masih banyak diabaikan mereka yang tidak memiliki kepentingan mendesak.

Baca Juga  Makna Khusyu’ dalam Alquran

Akibatnya virus corona terus meningkat memakan korban. Dilansir melalui detik.com Sabtu (2/5/2020), ada 10.843 kasus positif Covid-19, pasien sembuh Corona sebanyak 1.665, dan 831 orang meninggal.

Dengan adanya Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara kedua di ASEAN yang memiliki kasus terbanyak virus corona setelah Singapura. Hingga kini, ada 582 pasien yang telah meninggal. Sedangkan jumlah pasien sembuh adalah sebanyak 686. Tentu peristiwa ini bukanlah yang diharapkan masyarakat Indonesia.

Pemerintah sendiri telah memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Sosial) yang juga didukung dengan Permenkes 9 tahun 2020 tentang Pedoman PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan Covid-19. Dengan telah diterbitkannya perturan dari pemerintah, tentu wabah Covid-19 tidak akan hilang jika tidak ada kerja sama dengan masyarakat.

Belajar dari sepenggal kisah At-Tahaaun (Meremehkan atau menganggap remeh) bahwa sesuatu yang kecil jangan sekali-kali dianggap remeh. Rayap dan Virus Corona adalah sekian banyak dari banyaknya makhluk yang kecil. Bisa jadi yang kita anggap kecil justru menjadi mala petaka yang besar.

Najib Murobbi Mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *