M Kholid Syeirazi Sekretaris Umum PP ISNU

Sel-Sel NII (Bagian 6): Jaringan Pesantren Ngruki (2)

5 min read

Sebelumnya: Jaringan Pesantren Ngruki (1)

Beberapa pesantren lain tidak terkait langsung dengan Ngruki, tetapi mempunyai irisan perjuangan dengan Abu Bakar Ba’asyir yaitu Nizam Islam atau Khilafah Islamiyah. Beberapa pesantren tersebut antara lain sbb.

  1. PP Al Islam, Serang, Banten

Pesantren ini diasuh oleh Enting Abdul Karim. Lokasinya di Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten. Dia bukan alumni Ngruki dan tidak berpaham pemurnian. Riset Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang RI menunjukkan, pesantren ini sebenarnya mengajarkan doktrin keagamaan Aswaja ala NU. Namun, pendirinya punya visi politik Islam. Dia penasehat FPI Kota Serang. Dia memimpin Forum Persatuan Umat Islam Banten (FPUIB) yang menyuarakan isu-isu nahi munkar ala FPI. Dengan visi ini, dia tersambung dengan kelompok pejuang negara Islam dan khilafah. Dia lalu bergabung dengan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) yang didirikan Abu Bakar Ba’asyir.

Ba’asyir dikabarkan beberapa kali datang dan menyampaikan kajian di pesantren ini. Salah satu pengikutnya adalah Novero bin P Abdullah alias Abu Ibrahim. Dia tertarik dengan Ba’asyir dan bergabung dengan JAT pada 2010. Dia menjabat Ketua Bidang Publikasi JAT Banten. Dia ditangkap pada Agustus 2018 dengan tuduhan mendanai Alvin, anggota JAT, untuk berangkat ke Suriah. Dia divonis dua tahun.

  1. PP Al-Muttaqin, Jepara

Pesantren ini didirikan oleh Sartono Munadi pada 1988. Lokasinya di Sowan Kidul, Kedung, Jepara. Dia bukan alumni Ngruki, tetapi punya kedekatan ideologi. Kurikulum dan kitab rujukannya berorientasi puritan. Kitab fikihnya menggunakan Fiqh Sunnah dan Minhajul Muslim, dua-duanya ditulis oleh ulama yang tidak mau terikat madzhab. Kitab tauhidnya menggunakan Aqidah Thahawiyah karya Shaleh Fauzan, ulama Wahabi. Tafsirnya menggunakan kitab Aisarut Tafâsir karya Abu Bakar Jabir al-Jazairi. Pendirian pesantren ini dibantu oleh para donatur Timur Tengah. Tenaga pengajarnya didatangkan dari LIPIA. Pesantren ini jadi sorotan setelah beberapa alumninya terlibat jaringan teror.

Pertama, Abrori M Ali, pendiri Ponpes Khalifah Umar bin Khattab, Sanolo, Bolo, Bima, NTB. Dia ditangkap karena ledakan bom di sekitar pesantren miliknya pada Juli 2011. Dia divonis 17 tahun penjara dan menolak program deradikalisasi. Di penjara Kelas 1 di Tangerang, dia menjadi mentor Juhanda, pelaku teror bom Puspitek Tangerang (2011) dan bom molotov Gereja Oikumene, Samarinda (2016). Juhanda adalah putra Aceng Kurnia, bekas ajudan Kartosoewirjo. Dari Abrori, Juhanda belajar teknik merakit bom.

Kedua, Bagus Budi Pranoto alias Urwah. Dia anggota JAT dan terlibat bom JW Marriott-Ritz Carlton 2009. Sebelumnya, pada 2005, dia pernah dibui 3.5 tahun karena menyembunyikan Dr. Azahari Husin dan Noordin M Top. Urwah ditembak mati bersama Nordin M Top dalam sebuah penggrebekan di Solo pada September 2009. Jenazahnya dimakamkan di Mijen, Kudus. Ketiga, Jundi Mukhlis. Dia terlibat kegiatan diklat askariah JI di Sasana Bawen dan Salatiga bersama Joko Priyono alias Karso. Dia divonis tujuh tahun penjara.

  1. Jaringan Pesantren Lampung
Baca Juga  Pentingnya Spirit Harmonisasi dalam Kehidupan Beragama di Ruang Publik

Ada tiga pesantren di Lampung yang beririsan dengan pergerakan Abu Bakar Ba’asyir, Jamaah Islamiyah, dan JAD: yaitu Ponpes Al Muhsin, Ponpes Ulul Albab, dan Ponpes Nurul Iman.

Pesantren Al Muhsin dirintis oleh para pengurus DDII Kota Metro pada 1994. Memanfaatkan bantuan dari Baituz Zakat Kuwait, pesantren ini mulai beroperasi dan menerima santri pada Juli 1995. Lokasinya di Purwosari, Kecamatan Metro Utara, Lampung. Kurikulum agama pesantren ini mengadopsi kurikulum Gontor, Ngruki, dan Ashidiqiyah. Karena kedekatan orientasi, Al Mushin secara berkala mendatangkan ustadz-ustadz jaringan Ngruki.

Situs lazaba.or.id, situs resmi LAZ BM ABA (Abdurrahman Bin Auf) yang tempo hari digerebek Densus 88 karena terkait Jamaah Islamiyah, mencantumkan Ponpes Al Muhsin sebagai salah satu mitranya. Setelah itu, salah satu pengajarnya berinisial NA atau NS, ditangkap bersama jaringannya di Lampung. NA atau NS adalah Bendahara Ishobah JI wilayah Lampung dan ikut dalam berbagai i’dad (persiapan jihad) di Lampung. Ia diduga memasok logistik para DPO untuk menghindari kejaran aparat.

Pesantren Ulul Albab berlokasi di Banjar Agung, Kec. Jati Agung, Lampung Selatan. Ini kecamatan basis kelompok Khilafatul Muslimin. Pesantren Ulul Albab termasuk yang dicantumkan sebagai mitranya LAZ BM ABA. Salah satu pengajarnya bernama Heru Lianto alias Abu Zahro. Dia terlibat dalam pelatihan militer di Jalin Jantho, Aceh Besar dan ditangkap di Rejosari pada Juni 2010. Bersama tiga terdakwa lainnya, dia dihukum 7 tahun penjara.

Alumni Ulul Albab dengan jaringan teror terkuat adalah Sholihin. Dia amir JAD Lampung. Sholihin lulus dari KMI (Kulliyatul Mu’allimin Al Islamiyah) Ulul Albab, lalu mengajar di pesantren Ibnu Mubarok, Karanganyar, Lampung Selatan. Ini pesantren milik Komarudin alias Abu Yusuf alias Mustakim. Dia instruktur pelatihan militer di Jalin Jantho, Aceh besar. Bersama Lutfi Haidaroh alias Ubaid, dia divonis 10 tahun kurungan. Selepas dari pesantren Ibnu Mubarok, Sholihin alias Andriansayah alias Abu Faizah pindah mengajar ke Rumah Tahfiz Qur’an Al Firdaus, Karanganyar, Lampung Selatan, milik Misgiyanto. Anak Misgiyanto, Zola Zakaria, alumnus Al Muhsin Metro.

Di pesantren ini, Sholihin jadi mudir. Sholihin terlibat dalam bom Thamrin dan kerusuhan di Mako Brimob. Dia lari dan membentuk sel JAD di Bekasi dan Poso, Sulteng. Dia ditangkap pada 2019 dan divonis 9 tahun penjara. Misgianto ditangkap di kediamannya pada Juni 2018. Pesantren Ulil Albab mulai membuka diri. Juni 2021, di pesantren ini, Baintelkam Mabes Polri menggelar Diskusi Kebangsaan dengan mendatangkan Ken Setiawan, pendiri NII Crisis Centre.

Baca Juga  Isra Mikraj: Cikal Bakal Interaksi Batin antara Pencipta dan Hamba

Pesantren Nurul Iman berlokasi di Desa Purworejo, Negeri Katon, Pesawaran. Ini pesantren yang juga dicantumkan sebagai mitra LAZ BM ABA. Menurut pengakuan alumni, para santri biasa ikut kajian lintas pesantren di tiga pesantren ini, khususnya ketika mendatangkan ustadz-ustadz dari Jawa. Pesantren Nurul Iman menyelenggrakan pendidikan mulai tingkat dasar TK/PAUD, menengah (SMPIT), hingga rumah tahfidz Qur’an.

Polisi tengah menelusuri aliran dana LAZ BM ABA ke rumah tahfidz Qur’an di pesantren ini. Ada harapan, Nurul Iman bergerak ke tengah. Syahid Robbani, mudir pesantren ini, bicara soal reformasi pemikiran dan manajemen menuju wasathiyah Islam dan profesionalisme. Tapi, seiring dengan penangkapan Suprihadi, Direktur LAZ ABA Pusat di kediamannya di Bagelen, Gedongtataan, Pesawaran pada 31 Oktober 2021, Pesantren Nurul Iman terkena imbasnya. Website resmi pesantren ini, https://ppinuruliman.sch.id, sudah tidak bisa lagi diakses.

  1. PP Daarus Syifaa Labuhan Haji, Lombok Timur

Pesantren ini didirikan oleh jaringan MMI. Didirikan pada 1994 oleh sejumlah orang, antara lain trio bersaudara: Abu Muhammad Jibril, Irfan S. Awwas, dan Tafa’ul Amri Jaya. Lokasinya di Desa Tirtanadi, Labuhan Haji, Lombok Timur, NTB. Abu Jibril kondang dengan jejaknya di NII dan MMI. Dia alumni Afghanistan dan pernah ditangkap di Malaysia. Anaknya, Mohamad Jibril Abdul Rahman alias Muhamad Ricky Ardhan, pergi ke Suriah dan tewas pada Maret 2015. Irfan S Awwas, adik Abu Jibril, kini menjabat sebagai Ketua Ladjnah Tanfidziyah MMI. Kini pesantren diasuh oleh Tafa’ul Amri Jaya. Dia membentuk Laskar Santri Ghuroba dan rutin menggelar I’dad (persiapan jihad).

Di setiap I’dad, diserukan jihad memerangi kelompok Syi ah di NTB. Pada Juni 2014, Darus Syifa’ mengirim Taufan Iswandi, Komandan Laskar MMI NTB untuk bergabung dengan Jabhah Nusra. Pada Februari-Maret 2015, Laskar MMI melakukan tadrib askari (diklat militer) di Pegunungan Sembalun, Lombok Timur. Kepada Tim Korbinmas Baharkam Polri, yang mendatanginya pada Mei 2017, Tafa’ul menegaskan Daarus Syifaa bukan lembaga penentang pemerintah, tetapi penentang setiap kemunkaran. Dia juga bilang Daarus Syifaa tidak pernah terlibat terorisme.

  1. PPS Al-Manshurah, Sirimau Ambon

Pesantren ini berdiri atas prakarsa Laskar Jihad pimpinan Ja’far Umar Thalib. Menyusul kerusuhan Ambon, 1999-2002, Laskar Jihad membantu pendidikan anak-anak Muslim korban kerusuhan. Melalui Forum Komunikasi Ahlusunnah wal Jamaah (FKAWJ) Ambon, berdirilah SDIT Al-Manshurah pada Juli 2001. Berlokasi di Jl. Aer Kuning, Batu Merah, Sirimau, Ambon, lembaga pendidikan ini kemudian berubah menjadi Madrasah Islam Terpadu Am-Manshurah, lalu berkembang menjadi Pondok Pesantren Salafiyah Al-Manshurah.

Pesantren ini memadukan tiga kurikulum: kurikulum madrasah yang digunakan Arab Saudi, kurikulum Kementerian Agama, dan kurikulum pesantren. Menempati lahan seluas 4.000 m², pesantren ini mendidik sekitar 200an santri di bawah pimpinan AM Sholihin. Ketika FKAWJ dibubarkan Ja’far pada 2002, misi dan perjuangannya diteruskan oleh Yayasan Abu Bakar As-Siddiq yang dipimpin Abdul Wahab Lumaela, putra Maluku. Yayasan ini membawahi tiga bidang: pendidikan, dakwah, dan usaha. Di antara usahanya meliputi bisnis obat herbal, bengkel motor, las, sembako, air galon, pakaian, hp, dll.

  1. PP Al-Muttaqin, Cirebon
Baca Juga  Dilema Gen Z, Antara Terjerat atau Melawan Radikalisme

Pesantren ini diasuh oleh Prof Salim Badjrie, Guru Besar Tafsir al-Qur’an STAIN Sunan Gunung Jati Cirebon. Dia Sekretaris Umum Forum Ulama Indonesia (FUI) Jawa Barat dan juga penasihat HTI. Lokasi Ponpes Al-Muttaqin terisolasi dari pemukiman, terletak di Desa Kondangsari, Beber, Cirebon. Pesantren ini jadi sorotan karena Salik Firdaus, satu dari tiga pelaku bom Bali II pada 2005. Selain di Darus Syahadah, Salik pernah nyantri dan mengajar di Al-Muttaqin. Figur lainnya adalah Sholahuddin al-Ayyubi. Dia alumni Ngruki dan pernah mengajar di Al-Muttaqin. Dia terpidana bom Mal Atrium, Senen, Jakarta pada 2001. Sempat buron 5 tahun, Ayyub digerebek di tempat persembunyiannya di Wonosobo pada April 2006. Dia diterungku empat tahun.

  1. PP Nurul Hadid, Sedong, Cirebon

Didirikan pada 2003, Pesantren Nurul Hadid terletak di Desa Winduhaji, Sedong, Cirebon. Dia terafiliasi dengan Ponpes Al-Muttaqin di induk yayasannya yaitu Yayasan Pendidikan dan Pembinaan Umat Nurul Hadid Jatibarang, Indramayu. Di Yayasan ini, Prof. Salim Bajri menjabat sebagai penasehat. Abdul Muid, Ketua Yayasan Nurul Hadid Jatibarang, memiliki peran penting dalam pendirian Al-Muttaqin Beber. Pesantren ini disorot karena Salik Firdaus dan Muhammad Syarif. Salik, bomber bom Bali II, pernah di Nurul Hadid, selain di Darus Syahadah dan Al-Muttaqin.

Syarif adalah bomber bunuh diri di Masjid Ad-Zikra Mapolres Cirebon pada April 2011. Yusuf Sutisna, alumnus Ngruki, pengasuh pesantren ini, telah membantah Syarif adalah alumnus Nurul Hadid. Meski alumnus Ngruki, Sutisna—sebagaimana Salim Badjrie—lebih dekat dengan HTI.

  1. Al-Abqary, Taktakan, Serang

Pesantren ini didirikan oleh Yasin Muthahar pada 2005. Berlatar belakang NU, Yasin terpapar ide-ide khilafah tahririyah (Masykur, 2008). Lalu dia bergabung dengan HTI dan menjabat sebagai Ketua DPC HTI Serang dan anggota DPP HTI. Yasin juga pernah menjabat Sekretaris I MUI Banten. Al-Abqary menjadi pusat penyebaran ide-ide HTI di kalangan mahasiswa dan pelajar Banten. Di pesantren ini diajarkan kitab-kitab pendiri HTI dan Amir HTI, termasuk kitab Taisîr al-Wushûl ila al-Wushûl karya Atha’ Abu Rashta. Di dalam kajiannya, Yasin menekankan keharaman sistem selain Islam, termasuk demokrasi dan kapitalisme. Pada 2021, Al-Abqary masuk list program sanitasi PUPR, lalu diprotes RMI. (MMSM)

M Kholid Syeirazi Sekretaris Umum PP ISNU