
Banyak perumpamaan yang membuat wanita terlihat istimewa dalam Islam, mulai dari wanita diibaratkan sebagai tiang negara, madrasah pertama, perhiasan dan masih banyak lagi.
Di zaman sekarang, banyak wanita berlomba-lomba mempercantik parasnya, ada yang operasi plastik, sulam bulu mata, dan banyak upaya lain dilakukan untuk membuat parasnya semakin terlihat menarik. Padahal, sebenarnya tidak hanya paras, ada hal lain dalam diri wanita yang juga harus dipercantik, yaitu akhlak. Dengan akhlak yang baik, mereka akan mampu menjaga kehormatannya. Lebih dari itu, mereka akan melahirkan keturunan-keturunan berakhlak mulia pula.
Pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab, ada sebuah kisah tentang wanita berakhlak mulia. Umar bin Khattab adalah tipe pemimpin yang suka melakukan inspeksi secara diam-diam. Suatu ketika, Umar sedang berkeliling melihat situasi dan mengontrol keadaan rakyatnya. Samar-samar, Umar mendengar percakapan seorang ibu dan putrinya.
“Anakku coba campurkan susu itu dengan air!” perintah sang Ibu
“Ibu, saya pernah mendengar Amirul Mukminin (Umar bin Khattab) melarang kecurangan seperti ini,” jawab sang putri kepada ibunya.
Sang ibu bertanya bertanya, “Apa sebenarnya kecurangan yang dilarang seorang Umar seperti yang kamu maksudkan, anakku?” Tanya sang ibu.
“Amirul Mukminin Umar bin Khattab mengatakan, tidak boleh menjual susu yang dicampur dengan air,” jawab sang anak yang masih teguh dengan pendiriannya.
Karena sang ibu yang merasa bahwa tidak ada Umar ditempat tersebut tentu Umar tidak akan mengetahui apa yang ia lakukan. Ia berniat untuk memperoleh keuntungan lebih sehingga ia bersikukuh dengan pendapatnya.
“Sudahlah anakku, cepat campurkan susu itu dengan air! Kita di tempat yang aman, Umar tidak akan tahu apa yang kita lakukan. Tidak ada yang melaporkan itu kepada Umar.”
Mendengar pernyataan ibunya, gadis yang jujur dan lugu itu pun berkata, “Ibu, walaupun Umar bin Khattab tidak mengetahuinya, tapi demi Allah saya sangat menghormati dan patuh kepada Umar, baik di hadapan orang banyak maupun di belakangnya. Kalaupun Umar tidak melihat, maka Tuhan Umar pasti melihat yang kita lakukan.”
Putri dari penjual susu itu tetap kuat pendirian bahwa ia tidak akan mencurangi susu yang akan dijualnya. Umar terenyuh dan tertegun mendengar setiap tutur kata anak penjual susu tersebut.
Keesokan harinya, Umar menemui putranya Ashim, beliau berkata kepada Ashim. “Ashim, pergilah ke suatu tempat di daerah ini. Engkau akan bertemu dengan seorang gadis, kalau dia tidak sibuk bekerja, maka persuntinglah dia menjadi istrimu. Semoga Allah memberimu keturunan darinya,” kata Umar.
Khalifah Umar dengan penuh keyakinan merasa bahwa gadis tersebut adalah gadis baik dan sangat cocok untuk putranya. Umar merasa ia seorang perempuan yang bukan hanya berparas memikat, namun juga berakhlak pilihan.
Pilihan Umar ternyata sangat benar memilihkan Ashim dengan perempuan anak dari penjual susu tersebut. Ketika pada akhirnya Ashim mempersunting perempuan tersebut, keduanya diberi anugerah keturunan yang saleh.
Istri Ashim melahirkan seorang anak perempuan yang solehah kemudian dinikahkan dengan Abdul Aziz bin Marwan. Seorang yang terkenal saleh dan zuhud. Dari pernikahan tersebut lahirlah Umar bin Abdul Aziz yang dikenal sebagai seorang khalifah yang adil. Bahkan sering disebut sebagai khalifah al-rasyidah kelima.
Dari cerita diatas bisa diambil iktibar, bahwa berbicara tentang wanita tidak hanya tentang memiliki paras yang menarik, tetapi seorang wanita juga harus mempunyai akhlak dan ilmu yang baik untuk mendidik keturunanya agar menjadi seseorang yang saleh dan salehah.
Ketika wanita yang mampu menjaga kehormatannya, maka akan terpelihara pula kehormatan dari anak dan keturunanya. Wanita pilihan lah yang akan melahirkan generasi-generasi pilihan. Bukan perempuan yang hanya peduli panjang pendek alis, tebal tipis bibir belaka. Namun lebih dari itu perempuan berilmu, berakhlak akan menjadi pribadi pilihan. [AA]
Mahasiswa Teknik Informatika dan Mahasantri Ponpes Mahasiswa Unisla, Lamongan