Wardah Zairina Mahasiswi Ilmu Hadis UIN Sunan Ampel Surabaya

Argumentum Ad Hominem: Kesalahan Berlogika Merusak Diskusi Sehat

2 min read

Pernahkah kita mendapati argumen yang dapat mengakibatkan kericuhan dalam hal diskusi maupun perdebatan?

Terkadang hal itu bukan hanya ada pada forum diskusi atau perdebatan, bahkan dalam aktivitas sehari-hari baik itu dari dunia maya maupun dari dunia nyata yang mungkin tanpa sadar kita pernah lakukan. Beberapa dari argumen sesorang itu masuk akal serta meyakinkan, tetapi masih banyak juga yang salah berargumen.

Sebuah argumen yang salah jika mengandung satu bahkan lebih dari kesalahan logika dapat memengaruhi pemikiran orang lain tanpa terdeteksi bahwa argumen itu salah. Kesalahan memang hal yang wajar bagi manusia dari berbagai situasi baik segi politik, sosial, diskusi, debat,maupun aktivitas kita sehari-hari.

Maka, perlu mempelajari dan memahami suatu ilmu logika agar dapat mengidentifikasikan suatu hal yang lebih baik serta dapat berpikir secara kritis, untuk bisa menganalisa argumen-argumen lebih efisien.

Kesalahan berfikir, bisa disebut dengan logical fallacy, merupakan kesalahan berlogika yang dapat menyebabkan kericuhan dalam berdiskusi entah dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja.

Terkadang orang yang melakukan logical fallacy tidak ingin menerima argumen orang lain dengan tidak menyampaikan argumen secara relevan dan tidak akurat. Secara garis besar, ada dua kesalahan berfikir, yakni kesalahan logis yang dilakukan karena kekeliruan relevansi dari data dan kekeliruan dari bukti yang tidak cukup.

Ad hominem merupakan salah satu jenis dari kesalahan logis yang dilakukan dengan kekeliruan relevansi, dalam artian bahwa ad hominem secara istilah adalah menolak suatu argumen bukan karena penalaran, tetapi karena keadaan dari pribadi orang yang berargumen dengan cara memberikan argumen balasan dengan menunjukkan sifat negatif seseorang.

Hal itu lebih mengarah kepada hal fisik, karakteristik, dan keadaan tertentu, sehingga argumen balasan tidak ada kesinambungannya dengan topik yang dibicarakan. Dengan itu, penalaran secara ad hominem lebih dipandang sebagai kesalahan dalam berlogika karena tidak memiliki relevansi dengan topik yang dibahas.

Baca Juga  Kisah-kisah Mengharukan Tenaga Medis di Tengah Pandemi Covid-19

Argumentum ad hominem merupakan jenis cacat logika yang dikeluarkan tidak untuk mananggapi pertanyaan atau argumen lawan bicara secara logis, tetapi justru lebih mengarahkan argumennya untuk menyinggung dan menjatuhkan lawan bicara secara pribadi atau personal lawan bicara yang ditanggapi.

Kesenjangan argumentum ad hominem ini masih sering terjadi dalam berbagai segi pembicaraan diantaranya:

Pertama, dari aspek debat akademis. Contohnya dalam diskusi akademis, seorang mahasiswa berkata “publikasi laporan perekonomian indonesia pada tahun 2023 memberikan gambaran kinerja perekonomian Indonesia di tahun 2022”.

Mahasiswa lain menanggapi “Anda tidak layak berbicara tentang ekonomi karena anda bukan lulusan dari jurusan ekonomi dan bukan lulusan universitas terkenal.”  Nah, dalam argumen ini mahasiswa tersebut menyerang latar belakang pendidikan lawan bicara daripada menanggapi argumen atau data yang disajikan.

Kedua, dari aspek media sosial. Contohnya dalam konten di medsos terdapat video tentang seseorang yang mengkritik suatu film dengan berkata, “Menurutku flim ini terlalu monoton. Mungkin lebih bagus jika konfliknya lebih diperdalam agar jelas lagi.”

Kemudian seseorang menanggapi dalam kolom komentar dan berkata “Jangan sok-sokan mengkritik flim itu deh. Emang kamu bisa bikin film yang lebih bagus?” Dapat dilihat sangat jelas bahwa seseorang tidak menanggapi argumen konten tersebut, tetapi menanggapi pribadi seseorang dengan mencela. Sedangkan orang yang tidak bisa bikin film itu berhak berargumen, dan belum tentu argumen tersebut salah.

Ketiga, dari aspek kritik kesehatan. Contohnya ada suatu dokter yang memiliki badan agak gemuk menjelaskan tentang pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang sehat. Lalu ada partisipan yang mendengarkan nasihat tersebut berkata, “Dokternya saja gemuk badannya, kok dia mengajari kita cara makan yang benar.” Hal itu juga menjatuhkan latar belakang seorang dokter yang gemuk tanpa menanggapi argumen terhadap pola hidup sehat.

Baca Juga  Bicara yang Baik atau Diam

Beberapa contoh di atas hanya diambil dari tiga aspek saja, dan masih banyak lagi yang sama seperti itu. Perilaku yang menyebabkan kesenjangan ini juga berdampak negatif bagi seseorang baik pada level individual maupun kelompok. Berikut ini beberapa dampak utama dari adanya ad hominem:

Pertama, merusak kualitas diskusi Argumentum ad hominem dapat mengalihkan perhatian dari isu atau topik utama yang dibahas dan substansi argumen ke serangan pribadi, sehingga dapat merusak kualitas diskusi serta diskusi mejadi tidak fokus yang terpecah belah atau rusak.

Kedua, melemahkan argumen. Seseorang menggunakan argumentum ad hominem dapat menunjukkan kelemahan dalam argumen yang diajukan, karena argumen membahas serangan yang diarahkan pada individu, sehingga lawan bicara dan audiens yang mendengar kehilangan rasa hormat dan kepercayaan kepada orang yang menggunakan argumentum ad hominem

Ketiga, menciptakan lingkungan negatif. Serangan pribadi dapat menciptakan atmosfer negatif dan tidak baik dalam lingkunagan diskusi baik itu di kampus, di tempat kerja, maupun di komunitas online dan mengurangi partisipasi, karena orang jadi enggan menanggapi dalam diskusi yang tidak sehat.

Keempat, menghancurkan hubungan pribadi dan profesional. Serangan dengan  argumentum ad hominem dapat merusak hubungan pribadi dan profesional karena orang yang diserang mungkin merasa dihina bahkan tidak dihargai.

Kelima, memengaruhi persepsi publik. Dalam konteks politik dan media, argumentum ad hominem dapat memengaruhi persepsi publik kepada individu maupun kelompok secara tidak adil sehingga menciptakan polarisasi dan perpecahan dalam masyarakat.

Keenam, Mempromosikan kebiasaan berfikir yang buruk. Argumentum ad hominem dapat memperlihatkan kurangnya seseorang dalam kemampuan berpikir kritis dan logis.

Pada kesimpulannya, argumentum ad hominem mamiliki berbagai dampak negatif yang signifikan, baik dalam diskusi pribadi, profesional, maupun publik. Maka, penting untuk menjaga kualitas diskusi dan membangun hubungan yang sehat dengan menghindari penggunaan argumentum ad hominem dan fokus pada argumen substansial. [AR]

Wardah Zairina Mahasiswi Ilmu Hadis UIN Sunan Ampel Surabaya