Ayu Ija Nurfani Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta

Abu Zayd al-Balkhi, Pelopor Ilmu Psikologi Kognitif Abad Ke-9

2 min read

Muhammad bin Ishaq Abul Fajar An-Nadim atau yang biasa dikenal dengan nama Abu Zayd al-Balkhi  merupakan ilmuwan muslim yang menguasai berbagai bidang ilmu seperti geografi, neurosains, psikologi, sejarah, fikih, fisiologi, ilmu tafsir, astronomi,linguistik, dan kedokteran.

Beliau juga merupakan pelopor psikologi kognitif pertama kali yang menemukan adanya keterkaitan antara fisik dan jiwa. Al-Balkhi lahir di sebuah desa kecil dengan nama Shamistiyan yang berada di daerah Balkh Khurasan (yang sekarang dikenal sebagai Afganistan utara) pada 235 hijriah/849 M dan wafat pada tahun 934 M.

Saat masih muda, beliau menimba ilmu hingga merantau ke Baghdad selama 8 tahun tepatnya saat masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah mengalami kekacauan politik dengan adanya kerusuhan yang terjadi di berbagai tempat.

Di sana beliau bertemu dengan Abu Yusuf al-Kindi dan belajar mengenai konsep geografi, astrologi, psikologi, matematika hingga filsafat. Al-Balkhi sendiri memiliki sifat pendiam yang menyebabkan para ulama kurang mengetahui kehidupannya.

Pada masa itu, al-Balkhi memberikan banyak kritikan kepada para dokter yang lebih memperhatikan tentang penyakit fisik seseorang dan mengabaikan sisi mental atau psikologisnya, padahal kesehatan mental juga tak kalah penting bagi individu dalam menjalankan kehidupannya.

Jika ingin memiliki mental yang sehat, maka seseorang harus menjaga pikiran dan perasaannya agar terhindar dari ledakan emosi yang tidak terduga. Selain itu, salah satu karya al-Balkhi yang terkenal pada saat itu adalah karya tulisnya dalam bentuk buku dengan judul Masalih al-Abdan wa al-Anfus.

Dalam bukunya tersebut secara singkat ia menjelaskan bahwa kita tidak boleh membedakan perlakuan terhadap fisik dan mental, karena keduanya sama-sama bisa sakit, dan orang yang memiliki permasalahan pada kesehatan mental berhak untuk sembuh selayaknya orang yang mengalami penyakit fisik.

Baca Juga  Al-Qawaid al-Fiqhiyyah: Warisan Intelektual KH Humam Bajuri Yogyakarta

Oleh karena itu, orang yang mengidap gangguan mental tidak boleh disepelekan bahkan sampai dikucilkan, karena pada kenyatannya, hal ini relevan dengan keadaan saat ini di mana masih banyak orang yang kurang memperhatikan kesehatan mental mereka dan banyak yang mengucilkan seseorag yang mengalami gangguan mental seperti pada orang yang mengalami skizofrenia.

Setiap individu perlu memahami apa yang diperlukan oleh diri sendiri dan bagaimana menjaga keseimbangan antara kesehatan fisik dengan kesehatan mental.

Berdasarkan klasifikasi yang didasarkan  pada data-data sosiohistoris pada waktu itu, al-Balkhi menyebutkan empat gangguan emosional yang menyebabkan ketidakseimbangan antara fungsi tubuh dan jiwa, antara lain al-ghadab (agresi-marah), al-khauf wa al-faza’ (takut/fobia), al-hazn wa al-jaza’ (sedih-depresi), al-wasawis al-shadr (obsesif-kompulsif).

Beliau juga mengklasifikasikan empat tahapan teori kesehatan mental, yaitu tahapan untuk merawat mental, selanjutnya tahap pencegahan terjadinya gangguan mental, kemudian tahapan pengembalian kesehatan mental, dan yang terakhir tahapan pengklasifikasian gangguan yang dialami serta penanganannya.

Al-Balkhi menjelaskan bahwa kesehatan fisik dan mental perlu memperhatikan dua faktor penting, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari diri individu, yaitu dari bagaimana kita menjaga pola hidup tetap sehat dan tentang bagaimana kita mengontrol pikiran. Sedangkan faktor eksternal meliputi segala sesuatu yang ditangkap oleh pancaindra seseorang.

Akhirnya ia menciptakan sebuah terapi kognitif, yaitu “talking therapy” yang bertujuan untuk mengubah pola pikir seseorang yang sedang mengalami gangguan kesehatan yang kemudian dapat menemukan sikap yang seharusnya dan teknik “positive self-talk” yang merupakan sebuah percakapan dengan diri sendiri guna mengobati rasa takut dan cemas akan suatu hal atau keadaan tertentu.

Melalui teknik terapi kognitif itu diharapkan dapat meyakinkan bahwa pikiran seseorang terbentuk melalui proses stimulus dan respons yang memiliki keterkaitan.

Baca Juga  TGB Zainul Majdi: Lokomotif Islam Moderat, Pemimpin Indonesia Masa Depan

Menurut al-Balkhi, untuk mencapai kondisi mental yang sehat, seseorang perlu mengenali struktur jiwanya dalam meresepsi stimulus yang didapatkan dari penginderaannya. Terdapat dua konsep kesehatan mental menurutnya, yaitu “menjaga kesehatan mental” dan “membentuk kesehatan mental”.

Dalam upaya pemulihan kesehatan mental, al-Balkhi menawarkan dua model psikoterapi: (1) secara internal yang berasal dari pikiran seseorang yang nantinya mampu menggerakan segala potensi yang dimiliki baik secara fisik maupun kejiwaan;

(2) secara eksternal meliputi pentingnya bantuan dari orang lain yang memiliki kompeten seperti nasehat atau arahan dari guru maupun orang lain yang dipercayai, karena pada dasarnya manusia cenderung memercayai apa yang dikatakan orang lain dari pada apa yang diyakini dirinya sendiri.

Al-Balkhi menganggap bahwa pengobatan bagi penyakit fisik dengan melakukan operasi dan mengonsumsi obat-obatan hanya akan memberikan efek samping bagi penderitanya, bahkan memakan biaya yang cukup banyak jika sakit yang diderita parah.

Ia memberikan saran agar lebih baik menggunakan perawatan psikologis yang menurutnya akan jauh lebih efektif dalam penyembuhan penyakit mental tertentu. [AR]

Ayu Ija Nurfani Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta