Salman Akif Faylasuf Santri PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo

Sisi lain Dari Sahabat Abdurrahman bin Auf (2)

2 min read

Sebelumnya: Sisi lain Dari Sahabat Abdurrahman bin Auf (1)

Ksatria Pendekar Perang

Selain ikut membentengi nabi dalam perang Badar, Uhud, rupanya Abdurrahman bin Auf juga menjadi benteng nabi pada perang Tabuk. Kita tahu, perang Tabuk adalah perang terakhir yang diikuti Nabi Muhammad saw., melawan pasukan Romawi. Perang Tabuk meletus pada Rajab 9 H, saat musim panas. Dari mata-mata dan sumber-sumber pemberitaan, Nabi Muhammad saw., mengetahui bahwa Imperium Byzantium telah menyiapkan pasukan berskala besar, termasuk semua kaum Arab yang berada di bawah jajahannya.

Nabi meminta umat Islam berperang dan menentukan tidak seperti kebiasaan beliau arah yang akan dituju. Pada waktu itu, buah-buahan sudah matang menjelang panen, cuaca sangat panas, dan sedang dalam krisis ekonomi. Kaum Muslimin akan lebih suka tinggal di rumah menanti panen dari pada harus pergih melawan musuh yang kuat. Di samping itu, juga harus menempuh jarak yang jauh dan medan yang sangat sulit.

Tatkala Rasulullah saw., bersiap-siap untuk menghadapi pasukan Romawi dalam perang ini, beliau membutuhkan tentara dan dana yang tidak sedikit. Selain itu, Madinah tengah dilanda musim panas. Ditambah lagi perjalanan ke Tabuk sangat sulit dan jauh. Dana yang tersedia hanya sedikit. Banyak di antara kaum Muslimin yang kecewa dan sedih karena ditolak Rasulullah saw., menjadi tentara yang akan turut berperang, berhubung kendaraannya tidak mencukupi.

Akhirnya, mereka yang ditolak itu pulang dengan air mata bercucuran, karena tidak mempunyai apa-apa untuk disumbangkan. Mereka yang kembali itu terkenal dengan nama “al-bakkaain” (orang yang menangis). Sedangkan, yang berangkat ke medan perang terkenal dengan sebutan jaisyul usrah” (pasukan susah).

Nabi meminta kaum Muslimin menyisihkan sebagian hartanya untuk jihad fii sabilillah. Orang-orang yang kuat nimanya kuat langsung berlomba-lomba memberi. Utsman bin Affan maju diikuti Abdurrahman bin Auf, lalu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, al-Abbas, Thalhah, Muhammad ibn Maslamah dan sahabat-sahabat terbaik Nabi lainnya. Semula memberikan apa yang bisa mereka beri demi meraih pahala dari Allah. Dengan patuh dan setia, mereka mengikuti ajakan Nabi yang mulia ini. Abdurrahman bin Auf turut mempelopori dengan menyerahkan dua ratus keping uang emas.

Baca Juga  Mengenal Ibrahim bin Adham, Seorang Pangeran yang Meniti Jalan Sufi

Mengetahui hal itu, Umar bin Khattab berbisik kepada Rasulullah saw., “sepertinya Abdurrahman bin Auf berdosa karena tidak meninggalkan harta belanja sedikit pun untuk keluarganya”. Kemudian Rasulullah saw., bertanya kepada Abdurrahman bin Auf “apakah kamu sudah meninggalkan uang belanja kepada istrimu? Abdurrahman bin Auf menjawab Ya! Mereka saya tinggali lebih banyak dan lebih baik dari pada harta saya sumbangkan.

Maka berangkatlah pasukan kaum Muslimin ke Tabuk. Dalam kesempatan ini Allah swt., memuliakan Abdurrahman bin Auf dengan kemuliaan yang belum pernah diperoleh siapapun. Ketika waktu shalat sudah tiba, Rasulullah saw., terlambat datang. Maka Abdurrahman bin Auf akhirnya yang dinobatkan menjadi iman dalam shalat jamaah tersebut. Selesai rakaat pertama, Rasulullah saw., shalat dibelakang dan menjadi makmum. Sungguh tidak ada yang lebih terhormat selain menjadi imam seorang pemimpin umat dan pemimpin Nabi Muhammad saw.

Sebuah Catatan

Soal perang Badar, peperangan ini terjadi pada pagi hari 10 Ramadhan tahun H. Hamzah ibn Abdul Muthalib berhasil membunuh Aswand ibn Abdul Asad al-Makhzumi orang yang bersumpah akan mengambil air minum dari kolam pasukan muslim atau menghancurkannya atau bahkan memilih mati karenanya. Setelah itu, empat kafir Quraisy, yaitu Utbah ibn Rabi’ah, Syaybah ibn Rabi’ah, Umar bin Utsman bin Ka’ab al-Taimy, dan Walid ibn Utbhah keluar dari barisan dan meminta adu tanding.

Nabi kemudian menyuruh Hamzah ibn Abu Muthalib, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, dan Ubaydah ibn al-Harits untuk meladeni mereka. Sahabat Rasulullah saw., berhasil merobohkan lawan mereka. Perang terus berkecamuk di antara dua pihak hingga umat Islam berhasil meraih kemenangan.

Kemenangan ini menjadi sangat berarti bagi umat Islam dan pukulan telak bagi kaum Musyrik. Korban di pihak musuh 70 orang dan beberapa lagi ditawan, sementara korban syahid di pihak muslim 14 orang. Tapi yang menarik, Abdurrahman bin Auf juga menyantuni para veteran perang Badar yang masih hidup waktu itu dengan santunan sebesar 400 dinar (sekitar Rp 480 juta). Perorang untuk veteran yang jumlahnya tidak kurang dari 100 orang.

Baca Juga  KH. Muhammad Tidjani Djauhari: Ulama “Langit” yang “Membumi”

Masih soal perang. Meskipun pasukan Muslimin mengalami kekalahan dalam perang Uhud, namun pasukan Muslimin tidak dapat dikatakan kalah. Kekalahan pasukan Muslimin semata-mata bukanlah karena ketidakmampuannya dalam berperang, tetapi karena jumlah persenjataan yang dimilikinya terbatas.

Selain itu, kekalahan pasukan Muslimin dikarenakan tidak menaati perintah dari Nabi Muhammad saw., sebagai panglima perang pasukan Muslimin. Seandainya pasukan pemanah menaati perintah Nabi Muhammad saw., maka kemenangan pasti akan diraih oleh pasukan Muslimin seperti pada saat perang Badar.

Pada kejadian Perang Uhud kaum muslimin mendapatkan sebuah pelajaran sulit dan pahit. Saat perang berakhir Nabi Muhammad sendiri mengalami banyak luka-luka dan para sahabat juga banyak mendapatka luka-luka, termasuk Abdurrahman bin Auf. Abdurrahman bin Auf mendapat sembilan luka parah menganga di tubuhnya, dan dua puluh luka kecil yang diantaranya sedalam anak jari.

Walaupun demikian, perjuangannnya di medan pertempuran jauh lebih kecil dibandingkan pengorbananya dengan harta. Bagaimana tidak, ternyata sumbangan yang diberikan Abdurrahman bin Auf untuk dana peperangan sebanyak dua ribu dinar kepada Rasulullah saw. Wallahu alam bisshawaab.

Salman Akif Faylasuf Santri PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo