Ahmad Tsauri Alumnus PP Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien Lirboyo; Dosen IAIN Pekalongan

Aisyah Balapan Lari dengan Rasulullah Muhammad

1 min read

Imam al-Ghazali dalam Ihyā’ Ulūm al-Dīn, Bab Nikah Juz 1 mengisahkan kisah Rasul balapan lari dengan Sayidah Aisyah. Beliau mengemukakan kisah tersebut sebagai contoh etika ketiga dari sepuluh etika suami kepada istri. Etika ketiga yaitu suami hendaknya terus menambah toleransinya dalam mengahdapi istri, guyon, berkelekar, bercanda, bermain dengan istri. Boleh jadi dalam hal itu banyak pria tidak satu selera dengan istrinya.

Imam Ghazali mengatakan:

وقد كان رسول الله ﷺ يمزح معهن وينزل إلى درجات عقولهن في الأعمال والأخلاق

Rasulullah saw bercanda dengan istrinya beliau menurunkan imajinasi beliau agar sesuai dengan (psikis dan psikologis) istrinya dalam beraktivitas maupun berperilaku.

حتى روي أنه ﷺ كان يسابق عائشة في العدو فسبقته يوماً، وسبقها في بعض الأيام،

Dikisahkan suatu hari beliau “balapan” lari dengan Sayidah Aisyah; satu hari Sayidah Aisyah “mengalahkan” Rasulullah saw, pada hari lain Rasulullah “mengalahkan” Aisyah.

Di lain waktu beliau berdua “nonton” bersama.

وقالت عائشة رضي الله عنها” سمعت أصوات أناس من الحبشة وغيرهم وهم يلعبون في يوم عاشوراء؛ فقال لي رسول الله ﷺ: أتحبين أن تري لعبهم? قالت: قلت نعم، فأرسل إليهم فجاؤوا، وقام رسول الله ﷺ بين البابين، فوضع كفه على الباب ومد يده ووضعت ذقني على يده وجعلوا يلعبون وأنظر،وجعل رسول الله ﷺ يقول: “حسبك” وأقول اسكت مرتين أو ثلاثاً،ثم قال: “يا عائشة حسبك”فقلت: نعم، فأشار إليهم فانصرفوا”

Sayidah Aisyah bercerita kepada Rasulullah saw, “Aku mendengar orang-orang yang berasal dari Etiopia “bernyanyi” pada hari Asyura”, Apakah engkau ingin menyaksikan mereka” jawab Rasul. Sayidah Aisyah menjawab “Ya”, Rasulullah saw memanggil orang-orang itu. Rasulullah saw duduk dipintu, beliau meletakan tangan dipintu, dan Sayidah Aisyah melatakan dagunya pada tangan Rasulullah saw, Aku menyaksikan mereka bermain kata Aisyah. Rasulullah saw kemudian mengatakan, cukup Aisyah. Aku mengatakan kepada beliau “sebentar”, sampai tiga kali, Lalu Rasul menyuruh mereka berhenti bermain.

Baca Juga  Perempuan dan Gender Mainstreaming dalam Pencegahan Terorisme, Apa yang Harus Dilakukan?

Rasulullah saw menyesuaikan diri dengan sosok Aisyah yang saat itu masih beranjak remaja. Karenanya beliau berpesan kepada Jabir yang meminta restu untuk menikah; “Menikahlah dengan yang lebih muda darimu, agar engkau bisa bersenda gurau dengannya.

وقال عليه السلام لجابر: “هلا بكراً تلاعبها وتلاعبك”

Mau mempunyai istri mulia seperti Sayidah Aisyah, menjadi ulama perempuan yang Agung, mempunyai banyak murid? Sayangnya kemuliaan itu satu paket dengan ujian dan cobaan. Jika ujian Sayidah Khajidah adalah menghabiskan harta untuk dakwah Nabi, melindungi beliau, menghadapi ancaman musuh setiap hari, maka ujian Sayidah Aisyah adalah fitnah, baik pada saat Rasulullah saw hidup maupun sepeninggal beliau.

Tuduhan perselingkuhan beliau terus berlangsung hingga kini, walaupun sudah diklarifikasi al-Qur’an. Anda sanggup menanggung fitnah selama Anda hidup bahkan hingga 14 Abad kemudian? Anda sanggup berperang memimpin pasukan melawan menantu dan keluarga Anda karena ijtihad politik Anda mengharuskan itu. Anda mau selama belasan abad dimusuhi oleh pengagum pecinta suami dan menantu Anda?

Anda, saya, dan kita semua tidak akan sanggup. Karenanya hanya ada satu, hanya ada seorang Aisyah, Sang Humaira istri Rasulullah saw. [MZ]

Ahmad Tsauri Alumnus PP Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien Lirboyo; Dosen IAIN Pekalongan

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *