Ustaz Ahmad Z. El-Hamdi Ustaz Milenial Tinggal di Sidoarjo

Kisah Cinta Sufi (3): Khusrau dan Syirin – Sebuah Tekad Yang Tak Terbendung

2 min read

https://www.arabamerica.com/12-ways-express-love-arabic/

(Disadur dari Tales from the Land of the Sufis, karya Mojdeh Bayat dan Mohammad Ali Jamnia)

Tentu saja sahabat-sahabatnya heran atas perubahan tiba-tiba dari Syirin. “Ayolah Syirin, ada apa denganmu?” tanya mereka. Yang lain menggodanya, “Apakah kamu baru melihat hantu?” Syirin hanya tersenyum. Dia tidak menjawab dan menanggapi gurauan sahabatnya. Dia malah melangkahkan kakinya ke tenda untuk menyendiri.

Salah satu dayangnya, Abigail, merasa tak enak hati dengan kesedihan Tuan Putrinya. Dia ikuti Syirin ke tenda untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Dari balik celah tenda, dia melihat Syirin memandangi sebuah lukisan. Di mata Abigail, Syirin seperti anak dara yang sedang merindui kekasihnya. Dia dekap lukisan itu di dadanya hingga ia tertidur.

Saat Syirin tertidur, Abigail dengan sangat hati-hati mengambil lukisan itu dan membawanya ke teman-temannya. Dia menceritakan apa yang dilihatnya tentang Syirin dan lukisan ini. Mereka berkesimpulan bahwa Syirin sedang jatuh cinta pada laki-laki tampan yang ada di lukisan itu.

Dari dulu, jatuh cinta memang merepotkan banyak orang!

Karena tak rela Syirin berduka, dayang-dayang itu bersepakat untuk menemui Syirin dan menasehatinya. Mereka semua meminta agar Syirin melupakan lukisan itu. Lagi pula, bagaimana mungkin ada orang jatuh cinta pada sosok dalam lukisan.

“Bagaimana nanti kalau bibimu mengetahui semua ini?” Syirin hanya diam.

“Apa yang akan engkau katakan padanya? Apakah kamu akan mengatakan bahwa kamu jatuh cinta pada sebuah lukisan?” Syirin tetap diam.

Semua nasehat akan sia-sia bagi orang yang sedang jatuh cinta. Lukisan itu telah menawan hatinya. Bagi orang yang sedang jatuh cinta, tidak ada ruang di akalnya untuk mempertimbangkan alasan-alasan, karena jatuh cinta memang tak memerlukan alasan.

Baca Juga  Ka'bah Sepi: Mencari Ilahi dengan Menziarahi Alam dan Diri

Betapa ironisnya hidup ini, Khusrau dan Syirin saling jatuh cinta lewat gambaran sosok masing-masing. Cinta memang aneh. Apa yang dianggap gila bagi orang lain adalah keindahan bagi sang pecinta.

Berkali-kali Syirin kembali ke kenari itu berharap ada keajaiban. Dia pasti tidak bisa membahasakan apa keajaiban yang diharapkannya. Dia hanya tahu dia sedang jatuh cinta dan dicekam kerinduan yang luar biasa. Lalu, apa yang dinginkan seorang yang sedang dimabuk cinta dan dibakar kerinduan? Tidak lain adalah perjumpaan. Ya! Syirin sadar. Perjumpaanlah sesungguhnya keajaiban yang dia inginkan.

Tapi, bagaimana?

Dan, Tuhan sudah merencanakan keajaiban itu. Dayang-dayang yang beberapa hari kehilangan keriangan masa liburan karena Tuan Putrinya dilanda asmara berusaha mencari siapa orang yang memasang lukisan sialan itu. Akhirnya, mereka menangkap Syapur saat pesuruh Khusrau ini sedang beristirahat di bawah pohon. Syapur pun dihadapkan pada Syirin.

Syirin bertanya siapa dirinya, dari mana asalnya, dan apa yang dilakukannya di dekat perkemahannya. Syapur memberi salam hormat sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan Syirin.

“Nama hamba Syapur. Hamba adalah seorang musafir. Jika Tuan putri menanyakan asal saya, saya dari Kerajaan Persia,” jawab Syapur penuh hormat.

Didesak keingintahuan terhadap lukisan yang ditemukannya di pohon, Syirin menyodorkan lukisan itu ke Syapur.

“Seseorang meletakkan lukisan aneh itu di pohon kenari dekat sini. Adakah engkau tahu siapa yang melakukannya. Atau, tahukan kamu siapa lelaki yang ada di lukisan itu?”

Syapur menutupi kegirangannya sambil berpura-pura heran.

“Hah, mengapa lukisan ini ada di sini? Ini adalah lukisan Pangeran Khusrau dari Persia. Saya tahu, pangeran mulia ini adalah orang yang paling gagah berani juga bijaksana.”

Kemudian, lukisan itu dihaturkan kembali ke Syirin, sambil berkata:

Baca Juga  Kejujuran Seorang Penjaga Kebun

“Hamba merasa terhormat ada di istananya dan menemaninya bertahun-tahun. Saya adalah sahabat dan masih kerabat dekatnya, Tuan Putri.”

Syirin tak lagi ingat bahwa Syapur ditangkap untuk mencari tahu tentang siapa orang yang meletakkan lukisan misterius di pohon kenari. Dia malah penuh semangat mendesak Syapur untuk bercerita tentang Pangeran Khusrau.

Sama seperti saat ia menceritakan Syirin ke Khusrau, begitu pula ia menceritakan sosok Khusrau pada Syirin.

Mendengar cerita sosok Khusrau dari Syapur, Syirin semakin didera hasrat untuk bertemu Khusrau. Syapur yang memang pada dasarnya datang ke Armenia untuk membawa Syirin ke Persia, mendorong Syirin agar segera berangkat ke Persia menemui sang Pangeran.

“Hamba yakin sang Pangeran akan beroleh kehormatan berjumpa dengan Tuan Putri,” desak Syapur.

Syirin digebalau oleh keraguan antara kembali pulang ke istana bibinya ataukah menemui Pangeran yang ingin ditemuinya. Jika ia pamit ke bibinya mau ke Persia, apa yang akan dijelaskan kepada bibinya? Ia jatuh cinta? Jatuh cinta ke siapa? Ke Pangeran Persia? Kenal lewat siapa? Kenal lewat lukisan dan cerita sahabat sang pangeran? Gila!

Andai dia harus jujur ke sang Bibi apa yang dialaminya, bibinya akan mengatakan bahwa keponakannya telah gila.

Syirin nekat. Dia memutuskan untuk berangkat ke Persia seorang diri. Dia berharap sesampainya di Persia akan mengirim surat ke bibinya dan menjelaskan segalanya. Bersambung…

Baca selanjutnya: Kisah Cinta Sufi… (4)

Ustaz Ahmad Z. El-Hamdi Ustaz Milenial Tinggal di Sidoarjo

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *