TSiapa yang tidak mengenal sosok KH. Ali Mas’ud. Bagi warga Sidoarjo dan sekitarnya figur kiai ini cukup masyhur. Sosok KH Ali Mas’ud—atau yang akrab dipanggil Gus/Mbah Ud—lahir di Sidoarjo pada tahun 1908 dan meninggal pada tahun 1979. Gus Ud merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya berasal dari desa Sono, kecamatan Buduran Sidoarjo. Ayahnya merupakan pengasuh Pondok Pesantren Sono, Buduran, Sidoarjo. Jika dilihat dari garis keturunan, nasab beliau bersambung hingga Sunan Syarif Hidayatullah.
Semasa hidupnya, KH. Ali Mas’ud seringkali menjadi rujukan para kiai di Jawa Timur dalam memecahkan problematika umat Islam. Ia juga kerap menyampaikan dakwah kepada para tamu yang hilir-mudik datang ke rumahnya. Ia memang tidak mempunyai pesantren, tetapi murid-murid berliau tersebar di dalam maupun luar Jawa.
Konon, semasa kecilnya, Gus Ud adalah anak yang bandel dan banyak tingkah sehingga sang Ayah seringkali memarahinya. Sang Ayah merupakan sosok yang sangat alim dan mengajar mengaji di rumah. Ketika beliau mengaji sering terdengar riuh suara teriak-teriak yang sering menggangu ayahnya saat mengajar.
Karena kenakalannya, suatu ketika sang ayah memukulinya dengan kayu kecil seraya berujar, “kamu jadi anak kok nakal begini, ya? Makanya, kamu tidak bisa ngaji”. Ketika melontarkan perkataan inilah ayahnya melihat keanehan pada diri Gus Ud. Pasca-dimarahi ayahnya, Gus Ud kecil lantas mengambil sebuah kitab untuk dibaca. Kitab kuning yang diambil oleh Gus Ud tidak berharakat. Tetapi Gus Ud kecil lancar sekali membacanya. Pasca-kejadian tersebut, sang ayah lalu membiarkan putranya melakukan hal apa saja—sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran syariat Islam.
Dikisahkan lagi, suatu ketika pada saat musim haji, Gus Ud berangkat haji bersama dengan KH. Zubeir bin Harits. Ketika rombongan haji diberangkatkan, di dalam pesawat Gus Ud mengucapkan kata yang sangat keras dan memukul benda di sekitarnya untuk alat musiknya. Semua rombongan haji yang dalam pesawat tidak bisa melarangnya karena mengetahui bahwa sosok Gus Ud cukup unik. Lalu salah satu awak pesawat memperingatkan kepada Gus Ud supaya tidak mengucapkan kata-kata yang keras demi kenyamanan bersama. Gus Ud pun kemudian terdiam dengan hati yang kesal.
Lalu apa yang terjadi ketika Gus Ud terdiam, pesawat yang ditumpanginya masih belum bisa berjalan dalam beberapa jam. Kemudian salah satu dari rombongan meminta kepada awak dari pesawat tersebut untuk meminta maaf kepada Gus Ud karena telah menyuruhnya untuk diam. Kemudian si awak pesawat tersebut meminta maaf kepada Gus Ud seraya berujar, “Pak, maafkan saya ya atas kelancangan saya tadi menyuruh bapak diam”.
Kemudian Gus Ud menjawab, “Ya, ya.” Lalu Gus Ud kemudian mengucapkan teriakannya dengan keras sembari memukul suatu benda untuk dijadikan iringan musiknya. Alhasil, pesawat yang ditumpanginya dapat berjalan dan rombongan haji kemudian melakukan perjalanan menuju Saudi Arabia. Kejadian unik itulah di antara yang menjadi karomah Gus Ud
Di kejadian lain, ada seseorang mempunyai hajat untuk kemudian didoakan bersama-sama dengan menyajikan nasi tumpengan di Masjid Sayyid Sulaiman Betek Mojoagung. Tumpeng tersebut diberikan kepada seorang musafir yang berada di sekitar Masjid Mbah Sayyid tersebut. Pada saat itu Mbah Ud sedang berkumpul dalam hajatan tersebut. Orang musafir tersebut meminta kepada Mbah Ud untuk mendoakannya. Ketika Mbah Ud membuka tumpeng tersebut terlihat lauknya sedikit, hingga kemudian Mbah Ud menutup kembali tumpeng tersebut dan mengucapkan kata-kata “Orang Pelit”. Lalu kemudian Mbah Ud berdoa. Kemudian Mbah Ud membuka kembali tumpeng tersebut dan lauknya dari sedikit sekarang malah bertambah banyak. Kejadian tersebut sontak membuat musafir tersebut kaget. Pada akhirnya masyarakat yang hadir di sana bisa menikmati hidangan yang awalnya sedikit dan akhirnya dapat dinikmati oleh semua hadirin.
Kisah lain disebutkan bahwa pada suatu hari ada kegiatan pengajian di satu rumah tertentu. Kebetulan pada waktu itu Gus Ud melintas di depan rumah orang tersebut. Lalu Gus Ud langsung memasuki rumah tersebut dan ia mengajak bersalaman satu persatu orang yang di rumah tersebut. Pada waktu bersalaman seketika Gus Ud merogoh kantong para undangan tetapi Gus Ud tidak mengambil apa-apa dari orang tersebut.
Lalu di antara salah seorang yang hadir dan melihat keanehan tingkah laku Gus Ud tidak menyukai apa yang dilakukan olehnya seraya bergumam dalam hatinya, “Kok gitu tingkah lakunya? Katanya Wali Allah”. Gus Ud pun bisa menirukan apa yang ada didalam hatinya dan mengucapkannya dengan keras. Lalu orang tersebut segera meminta maaf kepada Gus Ud. Dengan mengucapkan kata “Ya ya ya tidak apa apa.” Kata Gus Ud kepada orang tersebut.
Gus Ud memang kiai unik dan penuh kejutan. Warga sekitar ndalemnya pun hafal dengan kebiasaan Gus Ud. Sosoknya memang tidak pernah betah diam di rumah. Kebiasaannya keliling dari rumah ke rumah. Warga sekitar yang rumahnya didatangi Gus Ud akan membawa arti tersendiri. Kedatangannya oleh warga dijadikan penanda/peringatan bagi si tuan rumah
Suatu ketika, rumah salah seorang warga Kauman didatangi Gus Ud. Tanpa basa-basi Gus Ud nyelonong masuk rumah, saat itu dirumah tersebut ada salah satu keluarganya meninggal dunia, tiba-tiba Gus Ud bilang “Husnul Khatimah”. Ucapan ini terlontar beberapa kali dari mulutnya, setelah itu Gus Ud langsung pergi dari rumah orang tersebut.
Itulah beberapa cerita unik dan penuh karomah yang didapati dari kisah-kisah masyarakat Muslim yang kerap berinteraksi dengan Gus Ud. Sampai sekarang makam beliau ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah di antaranya seperti Surabaya, Situbondo, Jember, dan sebagainya. [MZ]