Vevi Alfi Maghfiroh Alumnus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Kini menempuh Pascasarjana di IAIN Syekh Nurjati Cirebon jurusan Hukum Keluarga Islam (HKI)

Asy-Syifabinti Abdullah: Dokter dan Terapis Wanita Pada Masa Nabi SAW

1 min read

Puluhan abad lalu, saat gelombang emansipasi dan feminisme belum dikenal, pada masa awal Islam hadir di muka bumi ini, Nabi Muhammad SAW telah memberikan teladan bagaimana menghormati setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan. Keduanya selalu diberi kesempatan dan ruang untuk berperan sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Hal tersebut bisa dilihat dari kisah Asy-Syifa binti Abdullah yang merupakan sahabat wanita terkemuka, dengan nama lengkap asy-Syifa binti Abdullah al-Qurasyi al-‘Adawi. Ibunya adalah Fathimah binti Wahib bin Umar al-Makhzumiyyah.

Dalam beberapa catatan sejarah, dikatakan oleh sebagian ahli sejarah, ia memiliki nama asli Laila, akan tetapi lebih dikenal dengan gelar asy-Syifa (obat penyembuh) karena peranannya sebagai dokter dan terapis pada masanya.

Asy-Syifa adalah wanita terpelajar dan cerdas yang menekuni bidang terapi tubuh. Wanita yang masuk Islam sebelum hijrah ini sudah terbiasa meruqyah orang lain di masa jahiliyah (sebelum Islam datang).

Suatu hari ketika ia berhijrah ke Madinah, dia menjumpai Nabi SAW, ia berkata, “Wahai Rasulullah, Sesungguhnya saya ini biasa meruqyah dengan ruqyah jahiliyah, saya ingin menunjukkannya kepadamu.” Kanjeng Nabi pun menjawab, “Perlihatkanlah itu”.

Lantas ia memperlihatkannya kepada Kanjeng Nabi. Saat itu ia memperagakan ruqyah untuk mengatasi sengatan semut, luka yang keluar dari pinggul dan bagian tubuh lainnya. Kanjeng Nabi bersabda. “Ruqyahlah dengan itu dan ajarilah Hafshah untuk melakukannya.” (Al-Mustadrak al-Hakim, hadis nomor 6.890).

Selain peranan pentingnya sebagai ahli terapis yang mengobati luka serta penyakit lainnya, Asy- Syifa juga memiliki peranan penting dalam pengajaran dan pembelajaran. Ia dikenal juga sebagai seorang guru karena kecerdasannya, kemahirannya dalam menulis, dan penguasaannya terhadap banyak ilmu.

Berkat perannya tersebut, Rasulullah SAW membuatkan rumah khusus baginya di Madinah sebagai penghargaan atas aktivitas sosialnya. Dia tinggal di rumah tersebut bersama anaknya, Sulaiman. Rumahnya menjadi pusat keilmuan bagi para wanita dan di sanalah para istri dan anak perempuan muslim mempelajari Islam.

Baca Juga  Macam-Macam Kelompok yang Mendapat Keringanan Berpuasa (2)

Mereka belajar membaca Al-Qur’an, membaca, dan mempelajari ilmu terapi kedokteran. As- Syifa memiliki sifat dermawan baik dalam keilmuan maupun kepedulian sosial. Maka tak heran jika Kanjeng Nabi selalu membanggakannya. Bahkan, ia dicatat sebagai muslimah yang menjadi guru pertama yang mengajarkan banyak ilmu kepada masyarakat secara sukarela. Sosok perempuan inspiratif yang disukai Nabi karena kerja-kerja cerdasnya. Para khalifah sepeninggal Nabi Saw pun sangat memuliakan dan menghargai kedudukan Asy- Syifa.

Dalam kitab Masyahir an-Nisa al-Muslimat karya Ali bin Nayif asy-Syuhud dijelaskan bahwa Umar bin Khaththab mendahulukan pendapat as-Syifa’; menerima nasihatnya, mendahulukan kebutuhannya baik yang berupa pertolongan maupun jasa.

Selain itu, Asy-Syifa juga meriwayatkan hadis dan banyak orang sesudahnya yang meriwayatkan hadis darinya. Salah satu hadis yang diriwayatkannya adalah hadis tentang amalan yang paling utama sebagai berikut.

Dari asy- Syifa binti Abdullah, dia adalah salah seorang perempuan dari kalangan Muhajirin, dia berkata “Sesungguhnya Rasulullah Saw ditanyai tentang amalan yang paling utama” Beliau menjawab “Iman kepada Allah, Jihad di jalan Allah, dan haji Mabrur.” (Musnad Ahmad, 27853).

Wanita mulia ini wafat pada tahun kedua puluh hijrah, pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab ra. Walau raganya telah tiada, namun peranan yang dilakukannya ini menjadi bukti ahwa banyak perempuan-perempuan hebat di masa Nabi.

Kisahnya juga menjadi teladan bagi perempuan dan muslimah agar senantiasa berkiprah dalam banyak hal. Seperti kiprah As-Syifa dalam bidang kesehatan sebagai dokter dan ahli terapis, disamping sebagai pengajar dalam beragam bidang keilmuan. [AA]

Vevi Alfi Maghfiroh Alumnus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Kini menempuh Pascasarjana di IAIN Syekh Nurjati Cirebon jurusan Hukum Keluarga Islam (HKI)