Ustaz Ahmad Z. El-Hamdi Ustaz Milenial Tinggal di Sidoarjo

Khusrau dan Syirin (10): Lazuardi Kala Bahtera Berlabuh di Dermaga Cinta

3 min read

Source: https://www.arabamerica.com/12-ways-express-love-arabic/

(Disadur dari Tales from the Land of the Sufis, karya Mojdeh Bayat dan Mohammad Ali Jamnia)

Syirin berkabung selama beberapa hari untuk kematian tragis sahabat terbaiknya. Khusrau berkunjung untuk mengucapkan bela sungkawa atas kematian Farhad. Syirin menerima ucapan bela sungkawa itu dengan dingin. Syirin sudah tahu sejak mula bahwa kematian itu adalah hasil rekayasa Khusrau.

Dengan muka yang nyaris beku dan suara sedingin es, Syirin menjawab, “Terima kasih atas bela sungkawamu. Engkau telah merenggut sahabat terbaik dariku,” suaranya mulai terisak. Setelah menyeka air matanya, dia melanjutkan bicara, “Semoga Tuhan mengampuni dirimu.”

Kehidupan di Persia berjalan seperti biasa. Selain Syirin dan Khusrau, kematian Farhad bukanlah hal penting. Secepat helaan nafas, begitu pula ingatan orang-orang akan Farhad. Kenangan atasnya cepat dilupakan.

Bagaimana dengan Syirin? Apapun adanya, Khusrau adalah cintanya. Hari demi hari, cinta kepada Khusrau tidak menyusut, bahkan semakin mendalam. Dengan cinta itu pula dia memaafkan apa yang sudah dilakukan Khusrau terhadap sahabat terbaiknya.

Dosa sebesar apa yang tidak bisa dicuci oleh cinta? Kesalahan segila apa yang tidak bisa dimaafkan oleh kekasih? Kalian heran? Jangan heran! Ini soal cinta, bukan utang piutang.

Syirin masih mencintai Khusrau, begitu juga Khusrau masih mencintai Syirin. Mereka mungkin diombang-ambingkan nasib yang terlalu jahat untuk cinta mereka. Tapi cinta itu tetap bersemayam indah di tempatnya. Tak ada yang berubah. Tak ada yang berkurang. Sukanya dan dukanya tetap membalut hati kedua manusia ini.

Hingga suatu hari, terdengarlah berita Ratu Maria sakit keras. Khusrau sepenuh hati menunggui istrinya yang didera sakit. Tabib-tabib istana silih berganti mengobatinya. Tak satu pun tahu apa penyakit yang diderita sang Ratu. Sakit itu akhirnya merenggut nyawanya.

Baca Juga  Jangan Pernah Menghakimi Orang Lain

Khusrau menghormati istrinya dengan sepatutnya. Diperintahkan seluruh rakyat untuk berkabung menghormati wafatnya sang Ratu. Selama masa berkabung itu, Khusrau tidak pernah memperlihatkan dirinya.

Setelah usai masa berkabung, Syirin mengunjungi Khusrau yang sudah menjadi duda ini untuk mengucapkan bela sungkawa. Setelah menghaturkan bela sungkawa, Syirin menambahkan, “Meskipun sang Ratu kini sudah tiada, aku yakin Yang Mulia bisa menemukan kenikmatan dalam pelukan gadis-gadis muda.”

Oh perempuan, apa yang kamu katakan? Jika Engkau merasa tidak tepat untuk mengatakan bahwa “kini saatnya kita memadu cinta,” setidaknya diamlah karena itu lebih tidak menyakiti.

Mengapa cinta dan kecemburuanmu sering sekali kau wujudkan dalam ungkapan yang menyakitkan hati. Bukankah kekasihmu tidak pernah sanggup melepaskan cinta darimu? Bukankah laki-laki yang kau cintai ini dibakar cemburu hingga membakar apa saja yang ada di sekitarnya?

Khusrau yang mendengar perkataan Syirin itu sangat marah. Dia tidak tahu apa sesungguhnya yang diinginkan Syirin darinya. Yang membuatnya hancur adalah karena amarah ini tidak pernah bisa menghapus cintanya.

Jika yang dipertanyakan Syirin adalah cintanya, seterang apakah bukti cinta yang ia butuhkan? Jika dia cemburu, kurang cemburu seperti apakah yang ia tanggung selama ini hingga ia menganiaya Farhad sedemikian rupa?

Dibakar amarah karena ejekan ini, Khusrau hanya diam. Seperti hendak membalas kesakitan hatinya, dia justru memenuhi saran Syirin. Dia melakukannya. Dia bercinta dengan gadis-gadis muda dan cantik yang diinginkannya.

Oh lelaki, betapa bodohnya kamu untuk sekedar menangkap isyarat kerinduan yang tak tertahankan dari seorang kekasih. Cinta dan rindu tak selalu keluar dalam ucapan indah. Perempuan tidak jarang menarik perhatian kekasihnya dengan cara-cara bodoh. Masak gitu saja kamu tidak tahu. Hah!

Baca Juga  Manusia, Tangan Tuhan dan Kebebasan Diri: Kreativitas, Ilmu, dan Iman [3]

Hanya laki-laki bodoh yang memutuskan menikah lagi ketika istrinya dengan ketus mengatakan, “Pergilah! Cari istri muda yang lebih cantik dari aku!”

Tapi ingatlah, kawan, cinta tak pernah bersatu jika para pecinta tidak bisa keluar dari ego masing-masing. Cinta itu serakah. Cinta tidak akan memberikan apapun kepadamu jika kamu tidak memberikan segala yang kamu miliki, bahkan dirimu, egomu. Jika engkau masih terpenjara dalam egomu, cinta tak akan memberi rahasia terbesarnya, yaitu penyatuan antara pecinta dengan yang dicinta.

Bertahun-tahun Khusrau bersenang-senang dengan perempuan-perempuan cantik. Ketika amarahnya mereda, dia mengutuki dirinya sendiri. Apa yang sudah diperbuatnya. Dia menyesali ketergesa-gesaan karena kemarahan dirinya, karena ketersinggungan egonya sebagai laki-laki.

Dia kemudian teringat Syapur, sahabatnya yang sudah bertahun-tahun setia menemani Syirin. Dia menghubungi Syapur dan mengatakan bahwa dia ingin bertemu Syirin.

Syapur pun mengatur pertemuan kedua orang yang saling mencintai tapi sama-sama egois dan keras kepala ini. Khusrau sebetulnya sangat takut jika Syirin sudah tidak mencintainya lagi, atau bahkan membencinya.

Tapi Syapur meyakinkan bahwa Syirin masih sangat mencintainya dan tak pernah membuka hatinya dimasuki pria lain selain Khusrau. Syapur juga mengatakan kepada Khusrau bahwa Syirin selalu mengikuti kabar Khusrau setiap hari.

“Aku lebih mengenalmu dari dirimu sendiri,” kata Syapur kepada Khusrau. “Kamu tidak pernah bisa melupakan Syirinmu sejauh apapun kau melarikan diri. Kalian berdua saling mencintai tapi kalian berdua keras kepala dan gengsi untuk mengakui.”

Khusrau mendengar perkataan sahabatnya dengan diam. “Sekarang sudah saatnya kamu berjumpa dengan Syirin. Kamu harus minta maaf kepadanya.” Khusrau mengangkat kepala dan mau membuka mulutnya, tapi tidak jadi berkata-kata karena segera disela oleh Syapur, “Eit, ini bukan soal sengketa perkara yang harus disidangkan di pengadilan untuk memutuskan siapa yang benar dan salah. Jika kamu masih mencintainya dan ingin berjumpa dengannya, kamu harus minta maaf.”

Baca Juga  Ingin Hati Damai, Amalkan Zikir Imam al-Shadiq

Syapur kemudian mengantar Khusrau ke kamar Syirin. Syirin yang sudah diberi tahu Syapur, sudah menunggunya sejak tadi. Pelan-pelan Syapur meninggal mereka dan menutup pintu.

Kemarahan, kenestapaan, kerinduan, kepedihan, kecemburuan, dan ketakutan akan kehilangan yang sudah mendera mereka bertahun-tahun lebur dalam eratnya pelukan. Tak ada kata. Hanya diam. Keduanya menangis. Hanya tangis.

Setelah reda, keduanya saling bercerita apa saja yang yang mereka lalui saat berpisah. Khusrau kemudian berlutut di depan Syirin dan dengan rendah hati memohon Syirin untuk sudi menjadi permaisurinya.

Syirin segera merengkuh tubuh kekasihnya untuk berdiri. Dia tidak ingin melihat Khusrau berlutut memohon cintanya. Dia sudah memiliki cintanya sejak sebelum dia memintanya.

Syirin tak bisa berkata-kata, hanya satu kata yang keluar dari bibir mungilnya: Yes!

Apakah yang membuat pecinta menangis ketika bertemu kekasih? Itu adalah kegembiraan dan keterpesonaan karena kedahsyatan rindu kepadanya.” Bersambung…

Baca selajutnya: Kisah Cinta Sufi… (11)

Ustaz Ahmad Z. El-Hamdi Ustaz Milenial Tinggal di Sidoarjo

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *