Muhammad Alfatih Suryadilaga Kaprodi Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; Ketua Asosiasi Ilmu Hasis Indonesia (ASILHA)

Sepenggal Kisah dan Kontribusi Aisyah R.A. dalam Bidang Hadis

2 min read

Aisyah R.A. adalah ummul mukminin. Putri dari Abu Bakar ash-Shiddiq ini menikah dengan Nabi Muhammad dua tahun pra-hijrah ke Madinah. Ketika itu, sekira umur Aisyah baru menginjak 7 tahun atau menurut riwayat lain berusia 9 tahun.

Aisyah merupakan salah satu dari enam sahabat yang banyak meriwayatkan hadis, sekira 2210 hadis. Pasca-Nabi Muhammad wafat, beliau sering menjadi rujukan umat Islam, juga menjadi guru bagi sahabat-sahabat lain. Bahkan ayah beliau, Abu Bakar, juga menjadi murid beliau dalam meriwayatkan hadis. Banyak sahabat terkenal menjadi muridnya, antara lain Umar ibn Khattab, Abdullah ibn Umar, Abu Musa al-Asyari, Amir ibn Ash dan lainnya.

Pada periode berikutnya, Aisyah menjadi mentor bagi keilmuan dan periwatan hadis kalangan tabiin. Di antara murid beliau adalah Masyruq, Amrah bin Abdurrahman, Said bin Musayyib, al-Qamah bin Qois, Abu Ubaidillah bin Abdullah bin Mas’ud dan sebagainya. Mereka merupakan figur penting dalam penyebaran Islam, baik di bidang Akidah, Fikih, al-Qur’an maupun Hadis. Kenyataan ini menunjukkan bahwa informasi yang dibawa oleh Aisyah sangat penting bagi khazanah dan keberlangsungan ajaran Islam.

Banyak keutamaan yang digambarkan dalam hadis Nabi atas sosok Aisyah. Bahkan dalam sejarah, tidak sedikit karya tulis tentang beliau seperti yang ditulis oleh Dr. Said Ramadhan al-Buthi dengan judul Aisyah Umm al-Mukminīn Ayyamuhā wa Sīratuhā al-Kāmilah al-Safahāt yang diterbitkan tahun 1998 M. Bahkan, Imam al-Zarkasyi (745 H-794 H.) pengarang kitab al-Burhān fī Ulūm al-Qur’ān menulis karya khusus tentang Aisyah dalam perspektif hadis dengan judul Istidrakāt al-Sayyidah al-Āisyah Alā al-Sahābah. Dalam buku tersebut diungkap 40 macam keutamaan Aisyah.

Keunggulan dan kepribadian dari Aisyahtidak hanya ditulis dalam bentuk buku biografi, akan tetapi juga ditulis dalam bentuk syair. Sebagaimana yang sedang viral di Indonesia, lagu Aisyah Istri Rasulullah telah dinyanyikan oleh banyak penyanyi dan disambut positif oleh puluhan juta pendengar. Meski demikian, lirik lagu yang berisi ungkapan atas kepribadian istri Rasulullah ini juga banyak yang menyayangkan karena cenderung hanya menggambarkan Aisyah secara fisik. Keberatan ini salah satunya diungkapkan oleh Buya Yahya dan Ustaz Abdus Shomad.

Baca Juga  Makna Hakiki Hijab Perempuan

Lagu ini juga mendapat respons dari penyanyi Arab, Muhammad Tharek, yang menggubah lirik lagunya dalam bahasa Arab. Lirik lagu versi Arab ini tidak hanya menggambarkan Aisyah secara fisik, akan tetapi mampu mengilustrasikan sosok Aisyah sebagai pribadi yang berilmu, mencintai Allah, dan dicintai oleh umat Islam. Meski demikian, lirik lagu Aisyah dalam berbagai versi ini belum mampu menggambarkan sosok Aisyah secara utuh.

Sebetulnya, upaya generasi milenial dalam mengenalkan Aisyah dalam beragam syair lagu yang telah beredar di jagat maya merupakan upaya yang perlu diapresiasi. Hal tersebut sebagai cara untuk meneladani sosok kehidupan istri nabi tersebut, bukan dalam rangka memperbanyak subscribe semata.

Selain mengenal melalui lagu, setidaknya perlu juga merujuk beragam kiprah Aisyah dalam periwayatan hadis, sebagaimana al-Zarkasyi yang menyebut sebanyak 40 macam kelebihan dan keutamaan intelektual Aisyah. Demikian juga peran beliau dalam memberikan koreksi atas kesalahan hadis. Beragam tema hadis yang dikoreksi oleh Aisyah adalah tema pengharaman mutah, salat duha, salat Nabi malam Ramadan, mandi Jumat, berdiri ketika ada jenazah lewat dan salat jenazah di masjid. Seluruh kritik yang dilontarkan Aisyah masih cukup relevan dengan persoalan global saat ini.

Kontribusi Aisyah di atas menunjukkan bahwa figur dan kapasitasnya turut andil dalam ajaran Islam. Seiring dengan perjalanan Islam, Aisyah mampu merekam peristiwa-peristiwa penting terkait ajaran Islam yang dicontohkan Nabi. Keberanian mengkoreksi beragam hadis sebagaimana dalam buku karya Imam al-Zarkasyi merupakan bagian atas kemahiran hafalan dan pengetahuan yang sungguh luas. Kemampuannya dalam menceritakan ragam persoaloan privat ke publik berkontribusi penting atas rumusan hukum-hukum keluarga Islam. Ini yang tidak banyak dimiliki sahabat lainnya. [HM, MZ]

Muhammad Alfatih Suryadilaga Kaprodi Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; Ketua Asosiasi Ilmu Hasis Indonesia (ASILHA)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *