Khairun Niam Mahasiswa sekaligus santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Yogyakarta

Berhenti Membandingkan Parenting Orang Tua dalam Mendidik Anak

2 min read

sumber: prenagen.com

Akhir-akhir ini ramai di media sosial aksi seorang figur publik Nikita Willy yang dikenal sangat baik dalam melakukan parenting terhadap anaknya kembali menghebohkan dunia maya. Dalam video singkat tersebut tampak baby Isa (anak Nikita Willy) melempar sesuatu kepada Nikita yang sedang membuat kue yang kemudian hanya direspons, “It’s okay”, sambil tersenyum.

Respons Nikita lantas menjadi viral dan banyak mendapatkan komentar yang beragam dari warganet. Dari komentar yang menggelikan hingga serius turut meramaikan video tersebut.  Beberapa hari setelah viralnya video Nikita Willy, kembali viral aksi seorang ibu-ibu Jawa di TikTok yang dikenal “barbar” oleh warganet, yaitu Lek Damis.

Lek Damis yang sangat berbanding terbalik dengan Nikita Willy kemudian dibandingkan-bandingkan oleh warganet bagaimana cara parenting mereka terhadap anak. Penulis tidak akan menjelaskan secara rinci bagaimana parenting Lek Damis ini. Akan tetapi, kalau penulis simpulkan, Lek Damis adalah gambaran ibu-ibu yang kesabarannya setipis tisu dalam mengasuh anak.

Video yang membandingkan parenting antara Lek Damis dan Nikita Willy lantas mendapatkan komentar yang beragam dari warganet. Ada yang tim Lek Damis dan sebagian lagi ada yang berkomentar masuk tim Nikita Willy dalam hal parenting anak.

Perbedaan Generasi

Mengutip dari Brainacademy.id, terdapat lima kelompok generasi berdasarkan tahun lahir, yaitu generasi Baby Boomers (1946-1964), generasi X “Gen Bust” (1965-1979), generasi Y “Generasi Milenial” (1977-1994), Generasi Z (1995-2010), Generasi Alpha (2011-2025). Kelima generasi tersebut tentu saja memiliki cara yang berbeda-beda dalam parenting terhadap anak.

Perbedaan generasi juga turut memengaruhi dalam cara orang tua terhadap anak. Selama ini berdasarkan pengalaman penulis, generasi X dan Y ketika menjadi orang tua masih mengikuti tipologi leluhur dalam mendidik anak, yakni dengan memukul atau membentak, bahkan penulis sendiri pernah diikat di pohon mangga karena tidak pulang ke rumah saat waktu tidur siang.

Baca Juga  Membincang Gelar "Imam Besar Umat Islam" dan Politisasi Umat

Mengutip dari Tirto.id, terdapat transformasi dalam mendidik anak antargenerasi, yaitu orang tua Gen X lebih banyak mendominasi dalam membuat keputusan dalam keluarga, sulit menerima kegagalan anak, kurang memberikan keluasan finansial untuk anak, dan yang terakhir membuat anak tergantung pada orang tua.

Berbeda dengan Gen X, Generasi Y/Milenial justru lebih longgar dalam mendidik anak. Hal ini dikarenakan mereka cenderung lebih terbuka dengan pendapat anak dan fleksibel dalam pengasuhan, sehingga anak menjadi lebih ekspresif, diberi keleluasaan finansial, dan membuat anak lebih bebas dan mandiri.

Sedangkan Generasi Z ketika menjadi orang tua mereka lebih menerima, memahami, dan berempati pada anak, aktif secara politik dan komunitas untuk masa depan anak yang lebih baik, berpengalaman dalam emosi serta kesehatan mental, sehingga dapat membekali anak dalam keterampilan sosial-emosional dan paham dampak teknologi sehingga membatasi penggunaan teknologi anak.

Pola Parenting Orang Tua

Perbedaan generasi serta tipologi dalam mendidik anak di atas turut memengaruhi pola orang tua dalam pola mendidik anak antargenerasi. Walaupun begitu, memang tidak semua orang tua di setiap generasi melakukan praktik parenting di atas, karena secara umum—mengutip Abdul Goffar Saeful Kurniawan dalam artikelnya—terdapat tiga tipologi dalam mengasuh anak.

Pertama, pola otoriter. Pola asuh otoriter seperti ini biasanya lebih berpusat kepada orang tua. Artinya, orang tua menentukan segalanya tentang anak, mulai dari hal-hal yang kecil hingga yang besar sehingga anak tidak memiliki kebebasan lebih untuk bertindak. Di sisi lain, pola asuh seperti ini juga menutup ruang komunikasi antara orang tua dan anak.

Kedua, pola permisif. Berbanding terbalik dengan pola asuh otoriter, pola asuh permisif justru berpusat pada anak. Di sini anak lebih memiliki kebebasan tanpa kekangan. Pola pendidikan yang lebih terbuka dengan anak seperti ini biasanya memiliki kontrol yang lebih longgar terhadap anak. Oleh sebab itu, anak dapat melakukan apa saja yang ia kehendaki.

Baca Juga  Di Hadapan Mereka, Saya Malu (3): Tempat Sampah Braille Sensor Suara untuk Siswa Tunanetra

Ketiga, pola demokratis. Pola yang ketiga ini berada di posisi tengah-tengah antara kedua pola di atas, di mana orang tua memberikan kebebasan terhadap anak untuk memilih yang terbaik bagi dirinya. Dalam hal ini terjadi interaksi timbal balik antara keduanya, yakni orang tua cukup memberikan bimbingan dan tidak mengatur secara keseluruhan.

Parenting Orang Tua Hari ini

Setiap orang tua memiliki tipologi serta cara mereka tersendiri dalam mendidik anak. Oleh sebab itu, hari ini kita menemukan ragam parenting yang dilakukan oleh para orang tua, mulai dari yang otoriter, permisif, dan demokratis.

Penulis tidak akan men-judge pola parenting mana yang lebih baik untuk dipraktikkan kepada anak, karena setiap pola parenting yang dilakukan oleh kedua orang tua biasanya berangkat dari pengalaman mereka sebagai orang tua bagi yang telah lama menikah dan sebagai anak bagi yang baru saja menikah. Akan tetapi, ada pula yang benar-benar belajar parenting untuk mempersiapkan diri ketika telah berkeluarga nanti.

Karena pola parenting mana pun yang dilakukan oleh orang tua, tentu memiliki dampaknya masing-masing. Oleh sebab itu, perlu kiranya bagi orang tua untuk selalu memberikan parenting yang terbaik untuk anaknya. Apa pun parenting-nya, orang tua tentu selalu berharap yang terbaik untuk anaknya.

Kedua video viral yang penulis sebutkan di atas adalah gambaran parenting orang tua hari ini. Maka dari itu, tidak perlu rasanya untuk membandingkan parenting mana yang baik dan tidak baik karena setiap parenting memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Wallahualam. [AR]

Khairun Niam Mahasiswa sekaligus santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Yogyakarta