Eka Yuniah Fatmawati Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya

Kesenjangan Ekonomi Masyarakat Kontemporer dalam Teori Kelas Karl Marx

2 min read

sumber: voegelinview.com

Kesenjangan adalah keadaan tidak seimbang yang terdapat dalam kehidupan sosial dan ekonomi pada masyarakat. Kesenjangan ekonomi sering sekali terjadi di lingkungan Masyarakat. Faktor utama terjadi kesenjangan ekonomi terletak pada ketidaksamaan pendapatan dan perbedaan pembangunan antara masyarakat perkotaan dan masyarakat desa.

Kesenjangan sosial ekonomi merupakan salah satu contoh permasalahan yang sering muncul dan menyebabkan banyak dampak negatif dalam kehidupan masyarakat kontemporer. Salah satu penyebab kesenjangan tersebut adalah faktor tidak merataan distribusi yang mengakibatkan beberapa masyarakat diuntungkan sementara pihak yang lainnya dirugikan.

Menurut Karl Marx kesenjangan ekonomi tersebut sering terjadi pada buruh. Sebab, buruh sering kali dimanfaatkan tenaga kerjanya dan tidak dibayar berdasarkan kerjanya karena ada kesenjangan ekonomi.

Ketidakadilan Kelas Sosial dalam Teori Karl Marx

Dalam kehidupan masyarakat, terdapat kelas-kelas sosial yang sangat berfokus pada analisis atau persaingan kelas. Kelas-kelas ini dilihat dari sudut ekonomi, dan terbagi menjadi dua bagian.

Pertama, ada kelas atas, yaitu kelas yang memiliki alat-alat produksi seperti pabrik, mesin, dan tanah. Prinsip kelas atas adalah memproduksi uang. Anggota kelas atas umumnya adalah kaum borjuis atau kapitalis, termasuk para bangsawan.

Kedua, ada kelas bawah, yaitu orang-orang yang bekerja pada pemilik alat-alat produksi atau yang dikenal sebagai buruh. Kebanyakan anggota kelas bawah adalah kaum proletar atau pekerja, seperti para petani dan buruh pabrik.

Dalam pembagian kelas ini, Karl Marx memberikan perhatian lebih terhadap ketidakadilan yang terjadi antara kedua kelas tersebut. Contohnya, kaum borjuis menjalankan kegiatan ekonomi yang eksploitatif terhadap kaum proletar.

Eksploitasi ini terjadi ketika kaum borjuis membeli tenaga kerja kaum proletar dengan harga yang tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh. Padahal, sejatinya yang menjual jasa adalah kaum proletar, tetapi keuntungan justru dinikmati oleh kaum borjuis.

Baca Juga  Gus Dur dan Nyanyian Kesatria yang Menguras Air Mata: Catatan tentang Film High Noon in Jakarta

Kaum borjuis memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada kaum proletar, meskipun jumlah kaum proletar lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh kaum borjuis yang mempertahankan posisinya dan menentang perubahan dalam struktur kekuasaan.

Karl Marx memperhatikan masalah kemasyarakatan dengan fokus pada tingkat struktur sosial, bukan pada kenyataan sosial budaya. Marx menekankan cara orang menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik mereka dan melihat hubungan sosial yang muncul dari penyesuaian ini. Aspek-aspek kenyataan sosial dan budaya diinterpretasikan melalui dasar ekonomi.

Teori kelas dari Karl Marx didasarkan pada pandangannya bahwa segala bentuk masyarakat dari masa lalu hingga masa kini selalu terdiri dari golongan-golongan. Menurutnya, masyarakat memiliki perbedaan-perbedaan mendasar antara golongan yang mengejar kepentingan masing-masing. Dasar sistem stratifikasi menurut Marx tergantung pada hubungan kelompok-kelompok manusia dengan sarana produksi.

Kelas dalam pemikiran Marx adalah kelompok orang-orang yang memiliki fungsi, tujuan, dan struktur sosial yang sama dalam organisasi. Kelas selalu didefinisikan berdasarkan potensi konflik.

Marx melihat masyarakat sebagai entitas yang terdiri dari dua kelas sosial, yaitu proletariat dan borjuis. Proletariat adalah kelas pekerja yang tidak memiliki kepemilikan atas alat-alat produksi seperti pabrik atau tanah, sehingga mereka hanya dapat memperoleh penghidupan dengan menjual tenaga kerja mereka kepada borjuis. Di sisi lain, borjuis adalah kelas pemilik alat-alat produksi yang mempekerjakan proletariat untuk memperoleh keuntungan.

Karl Marx menyoroti ketidakadilan yang terjadi dalam hubungan antara kedua kelas sosial ini, di mana borjuis membeli tenaga kerja proletariat dengan harga yang tidak sebanding dengan nilai yang dihasilkan.

Hal ini memungkinkan borjuis untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Konflik antara kedua kelas ini dianggap sebagai motor utama perubahan sosial, dengan proletariat memiliki potensi revolusioner untuk mengubah struktur kekuasaan yang ada.

Baca Juga  Mantan Mufti Mesir Syeikh Ali Jum’ah Bicara Soal Khilafah

Menurut Karl Marx, struktur sosial masyarakat ditentukan oleh hubungan produksi ekonomi. Hubungan antara kelas-kelas sosial terutama ditentukan oleh kepemilikan atas alat-alat produksi utama, sementara proletariat hanya memiliki tenaga kerja mereka sendiri untuk dijual. Hal ini menciptakan ketidaksetaraan ekonomi dan kekuasaan antara kedua kelas.

Marx juga menganggap bahwa konflik antara kelas-kelas ini tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi, tetapi juga meresap ke dalam semua aspek kehidupan sosial. Kelas dalam pandangan Karl Marx adalah kelompok orang-orang yang memiliki fungsi, tujuan, dan struktur sosial yang sama dalam organisasi, serta selalu didefinisikan oleh potensi mereka terhadap konflik.

Kesimpulannya, dalam masyarakat kapitalis, konflik antara proletariat dan borjuis menjadi pendorong utama perubahan sosial. Proletariat memiliki potensi revolusioner untuk mengubah struktur kekuasaan yang ada. [AR]

Eka Yuniah Fatmawati Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya