Metafisika al-Farabi dan Teori Emanasi
al-Farabi sepenuhnya menarasikan sistem filosofis bagi dunia Islam sebagaimana Plotinus bagi dunia Barat.
al-Farabi sepenuhnya menarasikan sistem filosofis bagi dunia Islam sebagaimana Plotinus bagi dunia Barat.

Filsafat pada era modern dapat dikategorikan sebagai suatu metode olahraga berpikir (Intellectual Gym), untuk mengasah sekaligus mempertajam daya nalar umat manusia, tidak terkecuali bagi umat Islam untuk menolak doktrin radikalisme.

Tidak seperti Ibn Taimiyyah, al-Ghazālī yang justru tetap menyayangi logika, karena baginya, logika jelas merupakan anak kandung filsafat. Ia juga mempromosikan ilmu logika, termasuk untuk ilmu agama.

Ibnu Arabi mengajak para penempuh jalan sufi untuk tidak abai terhadap syariah. Dlam banyak karyanya, Ibnu Arabi dalam membahas segala pokok permasalahan tidak pernah luput untuk menghadirkan syariat sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran
![[Resensi Buku] Etika Sufi Ibnu Arabi](https://arrahim.id/wp-content/uploads/2020/10/Untitled-design-1-825x510.png)
Dalam komunitas sains (juga para pengagum sains) tidak luput sikap Qutbisme, di saat seseorang telah merasa bahwa satu-satunya alat meraih kebenaran hanyalah sains, dan yang di luar sains itu sesat dan jahiliah.
![[Review Buku] Sains dan Agama Sama-Sama Jalan Mencari Kebenaran](https://arrahim.id/wp-content/uploads/2020/09/Untitled-design-4-6-825x510.png)
[Oleh KH Syafik Rofii--Mantan Wabup Bangkalan, Madura] Bagaimana dengan nasib sarjana agama yang orientasi pengajarannya sangat sedikit bersinggungan dengan pengetahuan berbasis teknologi?

al-Fārabi menjelaskan bahwa kebahagiaan sebagai “Absolute Good” (kebaikan mutlak), yakni kebaikan yang dinginkan untuk kebaikan itu sendiri—tidak ada hal yang lain untuk diraih selain kebahagiaan.

Problem pada umumnya, sarjana Islam cenderung malas dan menikmati semacam intellectual complacency, kenyamanan pemikiran dengan cara mengutip teori, konsep, gagasan yang sudah "siap santap" yang berasal dari Barat.

Sains hanya menggantikan posisi agama sebagai sistem di masyarakat sebagaimana “agama civil” menggantikan ritual gereja di acara-acara kenegaraan di USA, tetapi ia tidak bisa menggantikan agama “formal” sebagai “ziet giest”.

Sikap yang mengagungkan bidang sendiri tidak akan membawa kita ke mana-mana. Uraian saya di atas juga bukanlah sebuah pengagungan filsafat. Itu adalah sebuah upaya untuk memperlihatkan garis demarkasi dan tugas serta fungsi kedua disiplin ilmu tersebut.
![Garis Pemisah antara Sains dan Filsafat dan Kematian Metafisika [Bag 3 Habis]](https://arrahim.id/wp-content/uploads/2020/06/science_philosophy.jpg)